bachelor degree (checked)






        The day I officially lost my university student status and awkwardly entering the real world. Aku gak tahu mau mulai nyeritain dari mananya. Pagi itu berangkat ke kampus satu unkhair yang deket bandara lumayan pagi banget sih. Kekhawatiran yang aku pikirkan saat itu adalah takut mama gak kebagian tempat duduk karena kemarin aku hanya melihat sedikit jumlah kursi yang disediakan, eh padahal waktu hari pelaksanaannya ternyata kursi-kursi yang lain mendadak sudah rapi banyak gitu. Ada beberapa skenario yang gak kejadian sih. 1. Aku kira sesi foto bereng orang tua dengan berlatar gambar rak buku ala-ala wisuda bakalan dilakukan setelah prosesi wisuda tapi ternyata pagi itu langsung berfoto sesaat setelah sampai ke lokasi which is hal yang baik karena gak sibuk lagi siangnya. 2. Aku ngebayangin kalau kita bakalan berfoto bareng seangkatan pake baju wisuda tapi ternyata semuanya menghilang sesegera setelah acara wisuda selesai. Sedih tapi yah begitulah.

          Beberapa kesialan juga terjadi pagi itu. Aku lupa membawa salempang yang bahasa Indonesia benarnya adalah samir bertuliskan nama aku. kita make itu waktu acara yudisium fakultas jadi aku secara otomatis berperasangka kalau hari wisuda juga bakalan pake juga, tapi aku lupa membawanya. Aku menelpon sahabat aku untuk membantu mengambilnya di rumah dan ternyata setelah ada di tangan barulah aku tahu kalau wisudawan dilarang menggunakannya di dalam ruangan. Pas mau pake di luar ruangan juga gak jadi karena teman-teman yang lain sudah gak tahu di mana. Yang kedua adalah nama aku di dalam buku wisuda gak muncul di fakultas ilmu budaya tapi malah di fakultas perikanan, sontak hal itu membuat aku lumayan naik pitam dong. Walaupun bukan hanya nama aku sendirian yang tersesat masuk di halaman wisudawan anak-anak perikanan tapi yah tetep aja rasanya gak enak.

          I also have another secret little wishes such as get to meet my crush then taking a selfie together with her for the last time but what happened was that I met her when I was about to enter the graduation hall and we were shaking hands but I hardly even spoke a word plus I didn’t bring a phone. She said that it has been a long time since the last time we met, the truth was we actually met yesterday at graduation rehearsal but you didn’t see me standing right beside you.

          Sedikit rahasia kecil lain yang ingin aku bagikan adalah aku sempat nangis sesaat setelah selesai prosesi penerimaan ijazah seluruh peserta wisudawan. Mengingat papa yang sudah gak ada dan mama yang gak pernah menyerah. Penyebabnya adalah para pemiliki suara emas, anggota paduan suara universitas yang menyanyikan satu lagu yang paling gak bisa aku denger, aku gak tahu judulnya. Lagu itu yang pernah dinyanyikan kiki idola cilik saat konser kemenangannya. Sangat di luar dugaan, aku kira hati aku sudah mati, dan satu-satunya respon yang diberikan tubuh aku saat wisuda adalah perasaan ingin buang air besar sesaat sebelum maju berjabat tangan dengan pak dekan dan pak rektor saat menerima ijazah. Teman wisudawan yang duduk di sebeah langsung memberikan tissue untuk aku gunakan.

          Rumah sudah lumayan penuh dengan teman-teman mamah saat kita sampi di rumah waktu siangnya. Aku pun mengganti kostum wisuda dengan kostum ibadah dan dengan sedikit berlari perlahan melewati kerumunan orang-orang yang mulai sibuk menyantap makan siang ala kadar yang disediakan. Setelah ibadah, aku duduk sendiri di lantai dua rumah ibadah sambil menatap jalan raya penuh sesak kendaran dan langit biru yang ditemani beberapa awan hitam sisa hujan tadi pagi. Lumayan lama aku terdiam dalam posisi seperti itu, entah memikirkan apa. Tak ingin rasanya aku kembali ke rumah yang karena aku bukan tipe orang yang suka perayaan. Tapi akhirnya aku kembali melangkahkan kaki ke rumah setelah beberapa kali dipanggil.

          Kebanyakan yang datang adalah teman mamah. Teman aku yang datang bisa dihitung dengan dua telapak tangan, sekitar sepuluh. Yet it is totally okay for me. Cerita-cerita dan ketawa sambil selfie dan diberi ucapan selamat datang ke dunia pengangguran. Sorenya aku pergi bersama sahabat aku bareng beberapa teman lain ke rumah teman-teman yang wisuda yah walaupun cuman dapet dua saja karena mereka sudah silaturahmi sejak siangnya. Kebetulan pakai mobil dan sepanjang perjalanan saat malam harinya aku hanya diem sambil dengerin musik serta menatap ke luar jendela di mana lampu-lampu jalan terlihat lebih cantik daripada biasanya.

          Kalau boleh jujur aku tidak terlalu memusingkan acara wisuda dan yang kemudian dilanjutkan makan siang di rumah. Aku lebih memikirkan apa yang akan aku lakukan nantinya setelah wisuda. Tapi aku tidak boleh egois karena mamah begitu mengidam-idamkan pergi ke acara wisuda di kampus dan menyelenggarakan makan siang di rumah yang dihadiri teman-teman mamah. Kalau semuanya tergantung aku, mungkin aku gak akan susah payah ikut prosesi wisuda yang sebenarnya hukumnya hanya sunnah dan bukan wajib itu. Hal yang menurutku remeh ini berarti begitu besar untuk mamah jadi apa salahnya aku menuruti saja maunya mamah.

Comments