In Sha Allah Move On



(sumber gambar: dokumentasi pribadi)

Kalau berbicara mengenai kenangan apa yang paling berkesan, agaknya kebanyakan orang membutuhkan waktu sejenak untuk mengingat kembali momen-momen bahagia dalam hidup yang pernah dialami beberapa tahun terakhir. Atau juga bisa jadi ada yang bisa langsung menarik kesimpulan dalam waktu singkat perihal kejadian spesial apa yang kiranya akan dipilih, mungkin karena hal tersebut menjadi sesuatu yang teramat berarti sampai-sampai tidak butuh waktu lama untuk melakukan perenungan panjang terkait beberapa pilihan yang salah satunya wajib menjadi jawaranya.


Tapi, setujukah kamu kalau kenangan yang berkesan tidak selamanya harus manis? Layaknya makanan yang membutuhkan banyak paduan rasa yang bersumber dari berbagai olahan bahan masakan serta racikan bumbu dapur untuk kemudian akhirnya bisa disajikan di meja makan. Walaupun, jika harus memilih, manusia lebih condong membagikan berita baik dan membahagiakan ketimbang peristiwa pedih menyayat hati yang malah jadinya  kelihatan hobi berbagi aura negatif yang tidak perlu.

Iyah, seperti judul yang bisa kalian baca di awal tulisan. Kisah yang akan kubagikan ini sedikit banyak atau bahkan bisa dibilang hampir keseluruhannya bakalan berkutat mengenai cinta. Sebuah kata yang terdiri dari lima huruf yang tidak akan habis menjadi topik untuk dibahas oleh manusia. Sedikit bocoran, kisah ini tidak berakhir bahagia. Kalian telah diberi peringatan dini, lanjut membaca jika berkenan.

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………

BAB 1 : Tidak Sengaja Terjatuh

Tahun itu penuh dengan keajaiban yang belum pernah aku perkirakan sebelumnya. Bertemunya bumi dan bulan serta matahari dalam satu garis lurus yang biasanya hanya aku dapati pada buku pelajaran ilmu alam saat masih di bangku sekolah, dalam beberapa hari kedepan akan benar-benar terjadi. Sebutannya gerhana matahari, sebuah fenomena langka yang dapat membuat aturan alam semesta yang pasti, luluh lantah berantakan dalam sekejap, merubah siang yang terang mendadak nampak gelap bagai tengah malam yang sunyi. Tahun itu, Indonesia begitu beruntung dapat menyaksikan kejadian magis tersebut, walaupun hanya sebagian daerah yang mendapatkan keistimewaan melihat gerhana matahari penuh, dan di daerah aku tinggal, menjadi salah satu lokasi yang menerima kesempatan sekali dalam sekian ratus tahun itu. Namun aku tidak akan bercerita mengenai hilangnya pusat tata surya. Malainkan aku akan bercerita bagaimana proses hilangnya akal sadar yang ditenggelamkan oleh cinta.

Malam itu menjadi kali pertama rapat salah satu agensi jasa pemandu wisata persiapan kedatangan tamu yang berencana melihat gerhana matahari total. Aku yang tidak sengaja ikut bergabung dilanjutkan tidak sengaja duduk bersebelahan dengannya, seorang anak kaum hawa yang sudah tidak asing bagiku, namun anehnya malam itu seakan menjadi awal kedekatanku dengannya. Bagaikan salah satu adegan film animasi hotel transylvania, aku melihat bola matanya bersinar. Aku yang waktu itu belum sepenuhnya menyadari apa yang sebenarnya terjadi, lanjut bercakap-cakap sambil sesekali mencuri pandang memperhatikan matanya memastikan apa yang barusan saja aku alami tadi.

Frekuensi pertemuanku dengannya terus berlanjut pasca kegiatan gerhana matahari. Kami sering bertemu di kegiatan-kegiatan komunitas atau organiasasi dan sebagainya. Aku yang awalnya hobi memperhatikan matanya, perlahan memperhatikan senyumnya kemudian tawanya, sampai berbagai hal-hal kecil tentang dirinya. Pikiranku penuh tentang dia, alam sadar maupun alam mimpi.

BAB 2 : Jatuh Hati Atau Jatuh Cinta ?

Sayangnya aku bukan tipe anak kaum adam yang berkoar mengekspresikan apa-apa yang dirasa. Justru sebaliknya, aku justru cenderung memilih bungkam, bahagia sesederhana dapat berada di dekatnya. Ditambah lagi dengan fakta bahwa betapa populernya dia, dibuktikan dengan cepatnya mendapat pengganti pasangan selepas patah hati. Walaupun aku tidak bisa membohongi bahwa telah terjadi aktivitas aneh dengan bagian tubuhku, tepatnya di dada sebelah kiri, yang terkadang terasa nyeri tak tertahankan melihatnya bermesraan. Bisikan kecil sering teringang dalam kepala dengan penuh harap, seandainya saja jika aku yang berada di posisi lelaki yang ada di sampingnya. Untungnya aku pandai melakukan hal yang sebaliknya, tersenyum dan tertawa seolah baik-baik saja selama setahun lamanya.

Kalau kata raisa dalam salah satu lirik lagunya, cinta itu ada banyak bentuknya. Mungkin aku tidak jatuh cinta, mungkin aku jatuh hati. Tapi mungkin aku mengalami keduanya. Perlahan aku pun seakan tidak mampu lagi berpura-pura di depannya. Sahabat terdekat menjadi obat paling mujarab, tempat berbagi kisah, setia mendengarkan perasaan yang tidak mampu diungkapkan, walau tidak diiringi solusi.

Tepat pada bulan terkhir tahun itu, aku menuliskan surat untuknya di blog pribadi aku. yang baru sempat tersampaikan beberapa bulan kemudian. Aku yang berencana memberikan surat di rumahnya waktu itu, gagal melakukan apapun dikarenakan bibir yang tak mampu berucap serta tangan yang seolah kaku tidak bertenaga memberikan surat yang suda ditulis sejak beberapa bulan lalu. Yang pada akhirnya aku hanya mampu mengirimkan link blog yang berisikan surat itu. Pikirku, isi kepala ini akan kembali normal setelah menyampaikan rahasia selama setahun terakhir, ternyata tidak sama sekali.

BAB 3 : Jurus Menghilang

Pasca kebenaran terungkap, aku tak lagi pandai berupura-pura. Tapi dia baik-baik saja, bertingkah sebagaimana dia biasanya, syukurlah. Secara bertahap aku mulai mengurangi pertemuanku dengannya, meninggalkan satu per satu kegiatan komunitas dan organisasi dan pelan tapi pasti aku menghilang dari hadapannya. Bukan karena aku membencinya, tidak sama sekali, justru karena perasaan ini yang terlalu besar tak terbendung. Aku pikir ini adalah hal yang seharusnya dilakukan, mungkin sharusnya sejak dulu.

Sudah dua tahun lebih berlalu, setahun pertama berpura-pura dilanjutkan satu tahun berikutnya menghilang dari hadapannya, bagaikan kemampuan menghilang karakter Raib di serial novel Bumi karya Tere Liye, tapi perasaan ini masih belum kunjung sepenuhnya luntur. Kata orang, waktu akan menyembuhkan segalanya. Tapi apapun yang terjadi, aku akan terus mendoakannya segala kebaikan, dan berterima kasih atas kenangan senyum sendiri tanpa alasan serta pengalaman patah hati terhebat.

.......................................................................................................................................................

Rencanaku yang terdekat adalah mengumpulkan keberanian untuk kemudian kembali menghubunginya dan menyambung kembali tali silaturahmi yang sempat renggang satu tahun belakangan ini. Walupun aku belum tahu dengan pasti kapan dan bagaimana tepatnya keberanian itu akan datang nantinya.

Menulis merupakan salah satu aktivitas yang paling membahagiakan selain menonton film dan membaca buku. Mengobrol dengan sahabat memang juga menyenangkan, akan tetapi menulis dapat menjadi obat penyembuh dengan pendekatan berbeda. Memuntahkan permasalahan hidup dalam deretan kata demi kata membuka peluang untuk melihat perspektif baru dalam memandang segala sesuatu yang mengganggu atau sulit dicerna karena saking kompleksnya hal tersebut.

Sudah hampir lima tahun aku menulis di blog pribadi sebagai hobi tanpa mengahapkan pembaca.

Comments