life update : 26th of march – 26th of may




Jujur saja aku bingung mau nyeritainnya kayak gimana. Mungkin akan aku awali dengan satu paragraph trailer yang berisikan ringkasan cerita keseluruhan kayak trailer film gitu aja kali yah? Gimana yah nyeritainnya, yah udahlah, here we go.

The trailer story :

“pada tanggal 26 maret kemaren aku datang ke salah satu kantor media televisi lokal yang aku tidak mau menyebutkan namanya. Lumayan gugup banget karena ini merupakan wawancara kerja pertama yang aku lakukan setelah wisuda kemarin. Eh gak taunya berjalan lancar aja gitu. Terus salinan berkas pendukung yang banyak banget aku kasih ternyata tidak terlalu dianggap penting. Keesokan harinya aku langsung mulai kerja. Katanya satu minggu ikut nonton liputan baru satu minggu kemudian turun ke lapangan sendiri. Faktanya adalah aku hanya ikut nonton liputan satu kali dan besoknya sudah disuruh turun liputan sendiri. Tapi yah sudahlah. Terus dua bulan berlalu, dan tanggal 26 mei aku ngobrol bareng pak bos di rumahnya. Yang aku omongin adalah permohonan undur diri karena alasan ini dan itu yang gak perlu aku bahas atau mungkin akan aku bongkar di paragaf-paragraf selanjutnya. Tapi sayangnya permohonan aku tidak dikabulkan. Jadi aku terpaksa ngantor lagi.”

The full story :

There is absolutely nothing I want more than going into journalism world right after my bachelor degree graduation day. I was looking everywhere even before the graduation. And I was also looking anywhere again right after the graduation. I literally went into several local newspapers offices in order to asking them directly whether they currently looking for the new recruits or not. Sadly not.

Tapi sang maha kuasa, Tuhan, selalu baik dengan aku, yang masih suka malas melakukan perintahnya untuk beribadah ini. Aku akhirnya mendapat pekerjaan yang aku inginkan tapi dalam bentuk yang berbeda. Aku akhirnya bekerja di salah satu perusahaan media televisi lokal sebagai wartawan. Padahal aku inginnya Koran.

What I’m doing is basically going into different places and get to meet different humans every day in the morning. Asking questions and record them with a camera. A big camera. Then going back to the office and write down the news. I don’t do the dubbing cause I have bad voice and bad pronounciation considering my (apa bahasa inggrisnya telor atau cadel?) and I also don’t do the video editing simply because I don’t know how to. But I do accompany the news anchor doing the live news delivering or taping the not live news for the other day later.

Kalo lagi program dialog bersama instansi tertentu. Aku sering bantu megang kontrol audio. Atau menjadi penelpon palsu untuk telepon interaktif kayak di tv-tv nasional itu loh. Lumayan rasa bersalah sih kalo jadi penelpon palsu gitu hehe.

Most of the time. I do the news coverage alone. Tapi aku juga sempat liputan bareng teman kantor yang lain. Kalo bareng memang lebih asik tapi tidak lebih membahagiakan juga. Karena nantinya akan timbul konflik setelah liputan, seperti penulisan berita yang berbeda paham. Aku sering banget ngalamin hal ini saat liputan berdua. Aku akhirnya paham memang susah menyatukan dua pemahaman cara penulisan yang berbeda. Terkadang masalahnya bukan dari rekan liputan. Tapi dari senior lain yang mengomentari tulisan aku jelek. Padahal kalau menurut aku secara pribadi, tulisan senior itu juga tidak bagus-bagus amat. Dan tulisan aku baik-baik saja kok kayaknya. The other problem is about respect. Aku menghargai semua orang, tapi terkadang sebaik apapun kita berusaha, orang lain gak akan menghargai balik tindakan yang kita lakukan. Yang paling muda di kantor tapi seakan-akan aku yang paling berkompromi dengan tingkah laku karyawan lain yang kekanakan.

What I love the most about the office is the free and super speed wifi. After I’ve done every work I need to do. The rest of the time will be me looking on the phone screen for videos on youtube or whatever but mostly youtube. Or downloading some movies or American tv series or Korean drama to be watched later in home.

Yang gak enak lainnya adalah televisi kita yang kurang terkenal. Aku sempat melakukan survey kecil beberapa waktu saat liputan. Sekadar menanyakan apakah di rumah mereka ada siaran televisi kami. Dan hasilnya adalah, tidak jarang dari mereka yang mengaku tidak memiliki siaran televisi kami, cuma beberapa orang saja yang mengatakan ada. Selain itu, berita yang sudah jadi tidak pernah diunggah ke youtube. Jadi, berita cuma bisa dilihat oleh mereka yang nonton di televisi. Yang aku bahkan ragu seberapa banyak orang yang nonton itu. Bayangkan kamu yang seharian di jalanan keliling kota cari berita tapi kemungkinan tidak ada yang nonton. Gimana coba rasanya? Tapi positif saja, pasti ada orang yang nonton kok.

Yang terjadi di kota kecil kami adalah, orang-orang masih begitu mencintai surat kabar harian atau Koran, dibanding dengan media yang lain. Seperti media situs berita online ataupun radio dan juga pastnya televisi. Aku akui itu. Tapi bukan berarti apa yang aku lakukan semuanya sia-sia. Aku dapat banyak pengalaman dan pelajaran. Aku juga dapat dapat gajian di akhir bulan sejumlah beberapa rupiah.

Kalau tentang kamera, aku pernah pakai kamera yang besar banget terus kamera handycam yang sebesar kurang lebih telapak tangan, juga pernah pakai handphone. Dari sekian banyak liputan yang pernah aku lakukan. Ada yang enak dan ada yang ngeselin. Seperti pejabat kepala kantor tertentu yang susah ditemui karena sibuk keluar kota. Sampai ibu-ibu penjual ikan yang cerewet tapi gak mau diwawancarai. Selain itu, enaknya adalah kita bisa berkunjung ke berbagai tempat yang sebelumnya hanya bisa dilihat karena kebetulan lewat saat berkendara. Contohnya seperti gereja, aku dari dulu pengen banget masuk ke gereja tapi tidak pernah kesampaian, tapi sekarang aku sudah mengunjungi dua gereja karena liputan perayaan jumat agung dan perayaan paskah. Menyaksikan proses ibadah mereka dan mewawancarai pendeta yang tadinya berkotbah saat ibadah berlangsung.

I honestly worry about me going new places and interviewing new humans everyday. Yes, because I’m an introvert, but who cares, I get to do it anyway. I’m probably one of the most awkward journo you’ll ever get to meet hehehe.

This is actually giving me some thoughts that everybody is actually approachable. Because everybody wants people to hear their stories, we just need to listen. How they’ve been doing lately with their work and what are their complains to the government or what do they think about several issues that has been going on.


Jadi, kurang lebih begitulah. Apakah aku akan berhasil melewati magang tiga bulan dan menjadi pegawai tetap di bulan ke empat serta akhirnya mendapatkan seragam kebanggaan perusahaan? Atau aku akan menyerah di tengah jalan? Sampai jumpa di episode berikutnya yang gak tahu bakalan ditulis kapan karena aku yang pemalas.


Comments