D-8 & D+11 graduation day
7th
of March 2018
Pagi
itu seperti pagi-pagi yang lainnya di mana aku harus mengantarkan mamah ke
kantor. Yang sedikit berbeda adalah pagi itu aku ketemu dengan seorang kenalan
yang sudah lama banget gak aku lihat karena tidak diketahui keberadaannya. Like
seriously he’s just gone for quite a while. Tidak seperti pengalaman ketemuan
dengan teman lama di jalan yang membuat aku kikuk gak tahu mau ngomongin apaan
dan sebagainya, kali ini aku beneran ngajak cerita banyak dan bahagia akhirnya
bisa kebetulan ketemu lagi setelah sekian lama tak kunjung bertukar sapa. Si
dia ini adalah salah satu senior aku di kampus yang bisa dibilang aku
sebenarnya agak terlambat kenalan sama kakak yang satu ini. But then again,
like people often said that it is not about who you met first or the longest
but more about the quality.
Seharian
itu mulut aku gak bisa berhenti bilang assalamualaikum. Setiap kali aku punya
kesempatan, baik itu di rumah ataupun dalam perjalanan di atas motor. Bukan,
bukan karena aku gak tahu cara ngucapin assalamualaikum yang baik dan benar.
Atau mungkin juga iya sih. Aku mengulangi assalamualaikum berserta beberapa
kata setelahnya, semacam kata-kata pembuka yang sering kita dapati di layar
televisi ketika menonton acara berita. Jadi, ceritanya kemarin aku diajak teman
untuk ikut ke salah satu kantor berita lokal tempat dia bekerja. Setelah dia
selesai siaran, kita latihan bareng gitu, aku gak sendiri sih, bareng teman
yang lain juga. Terus hari ini, malam nanti, aku akan bertandang ke kantor
berita lokal itu lagi untuk casting jadi news presenter. Itulah alasan aku
latihan assalamualaikum.
Siang
harinya aku mendapati telepon genggam yang tidak bisa dibilang smart karena
hanya bisa digunakan untuk saling bertukar pesan singkat atau panggilan suara,
berdering sebagai pertanda ada sms baru yang masuk. Aku dan teman yang lainnya
diminta ke kampus untuk mengurus berkas kelulusan, tanda tangan penerimaan
transkip nilai, yang sebenarnya gagal dikarenakan mesin cetak kehabisan tinta.
Aku yang sedang dalam keadaan malas karena tengah mengkonsumsi drama korea lucu
pun perlahan bergerak untuk bersiap dan segera ke kampus. Tidak terlalu merugi
sih, manfaatnya adalah jadi dapet informasi baru tentang lima lulusan terbaik
dan fakultas sastra budaya yang sudah berubah nama menjadi fakultas ilmu budaya
mendapat tempat ketiga, teman kami yang lulus dengan indeks prestasi akademik
paling tinggi diantara kami. Turut berbangga dan berbahagia lah yah.
Sore
harinya aku nemenin salah satu teman yang kerjanya ngajar ngaji anak-anak yang
belokasi di salah satu gedung yang menurut aku baru padahal gak baru sama
sekali melainkan aku yang baru lihat, yang ternyata dibangun oleh pemerintah
lokal khusus sebagai taman pengajian. Konon katanya anak-anak yang belajar
ngaji di tempat tersebut tidak perlu membayar biaya serupiah pun, alias gratis.
Tapi tenaga pengajarnya sudah barang tentu mendapat imbalan bayaran kok. Yah
iyalah.
Pada
malam harinya aku mendapati sekelompok kecil orang berpakaian agamais berjalan
mendekat ke rumah, aku yang berniat tidak bertukar sapa ternyata harus melayani
omongan mereka selama hampir semenit. Intinya adalah mereka mengajak aku untuk
tidak lupa ke rumah ibadah, yang adalah hal yang benar untuk saling
mengingatkan, tapi aku sudah terlanjur memiliki kesan tidak enak dengan
orang-orang semacam ini yang seolah-olah paling suci dan memandang semua orang
lainnya tidak lebih baik dibandingkan dengan mereka. Tentu saja ini hanya
pendapat subjektif belaka. Walaupun aku belum bisa mengaku sebagai seorang ahli
ibadah, tetapi aku selalu berusaha untuk menjadi lebih baik dengan berusaha beberapa
kali ibadah berjamaah serta rajin menonton ta’lim online. Aku bahkan mengenali
beberapa wajah mereka, karena aku beberapa kali melihat mereka tapi mereka
tidak mengenal wajahku dan seenaknya menghakimi. Aku hanya mengiyakan apa yang
mereka katakan, kemudian berjalan pergi ke rumah teman untuk selanjutnya menuju
kantor berita lokal tempat casting.
Sedikit
bocoran. Cerita diary hari ini tidak berakhir bahagia.
Aku
yang hampir seharian ini latihan untuk mengucapkan assalamualaikum dengan benar
serta mengulangi kata-kata pembuka lainnya bahkan tidak sempat mengucapkan
assalamualaikum pun halo pemirsa di depan kamera. Kami diarahkan untuk membaca
berita di secarik kertas terlebih dahulu beberapa kali, kemudian diberikan
arahan selanjutnya apakah bisa dilanjutkan ke tahapan berikutnya berupa membaca
berita sambil direkam dengan kamera besar. Aku disebut cadel dan secara
otomatis tidak diperbolehkan untuk maju ke tahap perekaman. Seumur hidup aku
sering dibilang cadel tapi karena aku yang bisa melafadskan huruf R dengan
jelas tanpa tertukar dengan huruf L bersikeras melawan bahwa mungkin mereka
hanya bergurau. Aku tahu kalau saat aku berbicara, sering sekali dua kali
terasa tidak dapat didengar dengan jelas. Akan tetapi barulah malam itu aku
menyadari dan menerima satu lagi kekurangan yang aku miliki dari sekian banyak
daftar panjang berbagai kekurangan yang sudah aku kumpulkan sejauh perjalanan
hidup ini.
Tapi
katanya mereka akan tetap menerima kami untuk melakukan casting lagi di lain
kesempatan jikalau masih mau mencoba. Kakak cantik yang bertugas mengcasting
berulang kali mengatakan bahwa tidak boleh sedih dan harus lebih sering latihan
karena mereka siap menerima kami untuk datang kembali kapanpun. Sebenarnya
harus bersyukur sih kakak cantik ini setidaknya mau jujur mengomentari
kekurangan yang aku miliki ini. Yah walaupun pedas tapi membantu.
9th
of March 2018
Tujuan
utamaku setelah kelulusan adalah untuk melamar ke koran Malut Post sebagai
media lokal paling mainstream sekota bahkan seprovinsi kami. Tapi harapan yang
terlanjur siap terbang tinggi itu harus ditunda penerbangannya dulu, mereka tidak
sedang membuka lowongan. Aku tidak bisa memasuki rumah melalui pintu yang
tertutup, sehingga aku harus menunggu sampai pintu itu terbuka nantinya. Layaknya
pintu hati si dia yang gak pernah terbuka untukku. Jujur saja aku sempat
bingung juga mempertimbangkan aku yang kebetulan belum memikirkan rencana
cadangan, namun aku kemudian mulai mencari informasi mengenai koran-koran lokal
lainnya.
Hari
itu adalah pertama kalinya aku memulai pencarian alamat kantor Koran-koran
lokal lainnya. Ditemani salah seorang teman yang rela direpotkan, kami sempat
beberapa kali tersesat walaupun sudah sempat bertanya pada orang sekitar
mengenai di mana sebenarnya keberadaan Koran-koran lokal yang dimaksud.
Alhasil, dari lima target kantor yang dicari, kami berhasil menemukan tiga
diantaranya. Kunjungan hanya berupa melihat bentuk serta lokasi kantor, belum
sempat bertanya disebabkan kondisi kantor yang serba sepi tak berpenghuni
karena masih pagi.
11th
of March 2018
Sesuatu
yang super ajaib terjadi pada hari ini. Out of the ordinary.
Hari minggu pagi itu aku awali dengan
internetan di kantor Telkom memakai paket internet 5000 seharian, iyah aku tahu
kok, ini aktivitas minggu pagi yang tidak begitu menyehatkan dan sama sekali
tidak bisa direkomendasikan. Dibandingkan dengan rutinitas menatap dinding
kamar sampai ngantuk atau nangis sendirian setiap malam minggu, internetan
bermodalkan pulsa 5000 ini cukup membahagiakan.
Tengah hari aku sudah sampai di rumah
lagi untuk makan siang. Mendapati kabar kalau tadi ada yang mencariku, yang
tidak lain dan tidak bukan adalah sahabat aku, segera aku telpon untuk
menanyakan perihal apa yang membuatnya datang. Ternyata rencana traktiran yang
direncanakan bukan malam melainkan siang hari. Pas tengah malam tadi malam aku
sempatkan mengirimkan pesan singkat selamat hari lahir.
Keajaiban hari itu pun di mulai. Aku
dan dua teman lainnya diajak untuk makan-makan seharian penuh. Dari makanan
mahal di restoran yang jujur saja tidak begitu cocok dengan selera lidah kami
yang kampungan yang kemudian dilanjutkan dengan bakso pinggir jalan yang
membuat kami makan begitu lahapnya dibuktikan dengan bulir demi bulir keringat
sampai ditutup minum milkshake chocolate di kafe.
Bukan tanpa alasan aku menyebut hari
itu sebagai satu hari ajaib. Alasannya adalah sahabat aku yang satu ini
terkenal begitu penyayang terhadap lembaran – lembaran rupiah di dalam
dompetnya bak pangeran penerus kerajaan yang menyamar.
12th
of March 2018
Kedua
kalinya aku melakukan kunjungan ke kantor Koran-koran lokal, kali ini bersama
sahabat aku, dan sekali lagi belum bisa menemukan seorang pun karena pagi.
Setidaknya hari itu tidak berakhir dengan menatap kantor tak berpenghuni. Kami
menambahkan lokasi kunjungan ke kantor Radio Republik Indonesia cabang Ternate.
Kebetulan aku mengenal salah satu pegawai yang mengatur program bahasa inggris
yang sayangnya katanya baru saja dihapuskan oleh kantor rri pusat beberapa
bulan yang lalu, seharusnya aku tidak perlu kaget karena setiap hal yang aku
inginkan memang tidak pernah bisa aku dapatkan dengan mudah. Tapi karena sudah
terlanjur datang maka aku harus menahan diri untuk segera berdiri pergi, aku
harus duduk dan mendengarkan sedikit petuah mengenai kehidupan radio atau lebih
khusus ke bagaimana beliau menyarankan kalau boleh jangan jadi hononer karena
upah yang diterima begitu tidak pasti. Beliau malah menyarankan aku untuk
segera lanjut sekolah lagi setelah wisuda nanti. Aku hanya bisa tersenyum
sambil mendengarkan.
Untuk
melanjutkan studi memang ada bayangan tapi aku belum mau buru-buru. Aku masih
harus banyak melakukan persiapan fisik serta mental dan lainnya, aku merasa aku
masih jauh dari siap untuk mendaftarkan diri. Aku masih mau mencari pengalaman
kerja dan mencicipi pedasnya petualangan dunia nyata. Kalau hal serupa ditanyakan
pada aku yang dulu mungkin saja bisa jadi aku akan menjawab ingin langsung
melanjutkan pendidkan tanpa jeda, tapi aku yang sekarang begitu berbeda.
Setelah ditempa dengan berbagai cobaan yang belum sempat aku tuliskan di blog
karena saking pahitnya, aku sadar kalau aku sedikit banyak berubah. Ditambah
lagi dengan percakapan bersama diri sendiri yang setahun terakhir ini
intensitasnya bisa dibilang persentasenya jauh melebihi tahun-tahun sebelumnya.
13th
of March 2018
Nonton film thor ragnarok yang menurut
aku aneh karena rumah para dewa kok bisa hancur dan kemudian memaksa mereka
menjadi pengungsi luar angkasa. Terus nonton jumanji terbaru yang lumayan keren
dan asik serta menghibur.
14th
of March 2018
D-1
graduation day
Sehari sebelum acara wisuda rasanya
kayak latihan mau upacara bendera hari senin. Hanya saja gak ada benderanya dan
bukan hari senin. Menurut arahan sih katanya jam 2 siang tapi ternyata gladi
bersih tanpa kotor ini baru mulai sekitar jam 4 sore.
Cerita lengkapnya bisa dilihat di postingan sebelumnya di sini
16th
of March 2018
D+1 graduation day
Sehari
setelah wisuda. Aku sempat terbangun dari tidur malam sekitar jam 2 pagi dan
merasakan lelah yang tak dapat dijelaskan. Tapi tidak terlalu aku hiraukan
karena saking ngantuknya. Pagi harinya mamah memberikan titah untuk memasang
foto wisuda di dinding ruang tamu. Kebahagiaan kecil yang sederhana untukku.
Aku
melihat pembaharuan status teman-teman di media sosial facebook yang membuat
aku yang sudah hampir setengah tahun belum pernah lagi mengunggah apapaun ikut
tergoda untuk melakukan hal yang sama. Alhasil aku juga menaruh satu foto wisuda
yang kemudian aku hapus lagi satu jam kemudian. I don’t know why.
Malamnya
aku diajak pergi ke kantor televisi lokal tempat di mana salah satu teman
pernah bekerja dengan tujuan menanyakan ketersediaan lowongan pekerjaan.
Kemudian kami mengarah ke salah satu taman kota sekedar untuk menghabiskan
waktu sebelum akhirnya kembali pulang ke rumah. Taman kota yang pernah menjadi
tempat menakutkan bagiku karena saking banyaknya orang yang mengunjunginya.
Malam itu aku tidak lagi takut seperti beberapa waktu lalu saat terakhir aku
kesana.
Saat
sampai di rumah aku begitu tidak sabar untuk segera tidur agar cepat bangun
karena besoknya aku akan pergi ke acara pernikahan teman yang bisa dibilang
begitu mendadak karena walaupun aku sudah menduga dia akan menikahi wanita
pilihannya itu tapi aku tidak menyangka akan terlaksana secepat ini. Tapi lebih
cepat memang lebih baik bagi yang sudah siap membangun rumah tangga.
17th
of March 2018
Pagi
itu aku singgah ke rumah sahabat aku terlebih dahulu sebelum akhirnya berangkat
ke tempat akad di rumah ibadah kebanggan sekota bahkan seprovinsi kami. Prosesi
akad berjalan begitu khidmat dan mengharukan. Aku sempat meneteskan air mata
saat prosesi pembatalan air wudhu setelah akad terjadi. Kebaperan yang melanda
hati ini begitu tidak terbendung sehingga banjir air mata pun tak lagi bisa
dihindari. Berpikir penuh harap kapan datang giliranku nanti.
Ditengah
gemuruh fenomena pernikahan yang kerap dijadikan sebagai media untuk
menyombongkan diri dalam perlombaan tiada henti tentang acara resepsi siapa
yang lebih megah atau gaun lengkap dengan riasan wajah siapa yang paling bikin
orang-orang berdecak kagum, teman aku ini melaksanakan pernikahannya dengan
begitu sederhana yang jauh dari standar budaya pernikahan kekinian.
Benturan
ketaatan terhadap agama yang bertemu dengan tuntutan budaya memang seringkali
menjadi momok dalam hal melanjutkan hubungan dua insan manusia ke tahap yang
lebih serius. Atas dasar apapun itu, tidak dapat dipungkiri bahwa status pasangan
halal adalah benar adanya jauh lebih baik daripada sekelompok orang penganut
hubungan romantis yang hobinya memamerkan swafoto di media sosial yang membuat
orang lain menangisi kesendirian bagai kutukan.
Untuk
aku sendiri, pernikahan mungkin masih sangat jauh sekian tahun kedepan. Aku
masih harus memperbaiki diri yang penuh kekurangan di sana sini serta membangun
status finansial yang kokoh ditambah berbagai pertimbangan lainnya. Banyak yang
mengatakan kalau pernikahan adalah mimpi bagi seluruh wanita, tetapi sebenarnya
banyak lelaki yang juga mengidamkan datangnya hari bahagia itu.
19th
of March 2018
Aktivitas
yang dilakukan pada awal pekan ini begitu menumpuk saling menyambut bagai
estafet. Pagi harinya aku disibukkan menyalin berkas yang dibutuhkan untuk
melamar pekerjaan. Rasa gugup tidak bisa aku sembunyikan saat menyerahkan
berkas lamaran pekerjaan yang ternyata berlangsung begitu cepat dikarenakan
akan dibaca terlebih dahulu dan diinfokan lagi nantinya. Dilanjutkan dengan
siangnya aku ikut menemani teman meliput lokasi eko wisata baru untuk dimuat di
halaman surat kabar di mana dia bekerja. Malam harinya aku bersama teman yang
lainnya mengunjungi salah satu radio lokal untuk mempromosikan kegiatan seleksi
pertukaran pemuda antar negara tahun ini yang rencananya akan kami laksanakan
bulan depan nanti yang kuota untuk tahun ini itu aussie dan korsel.
20th
of March 2018
Pergi
berkunjung ke berbagai kantor Koran bareng sahabat. Menanyakan lowongan.
21st
of March 2018
Salah satu kantor yang aku kunjungi
kemaren menelpon. Mengabarkan kalau saat ini masih belum ada agenda perekrutan
karyawan baru. Sempat mencari salah satu alamat kantor Koran yang belum sempat
aku kunjungi. Namun tak kunjung dapat. Terus malamnya, hal yang jarang banget terjadi,
iba-tiba kejadian. Makan malam di rumah sahabat yang bisa dibilang pelitnya
minta ampun.
22nd
of March 2018
Mengunjungi
sejumlah hotel bareng teman untuk menanyakan lowongan kerja.
23rd
of March 2018
Hari jumat itu diisi dengan beberapa
rakaat sholat dhuha dan dilanjutkan dengan membaca surah al kahfi ditemani
sedikit hujan dan diakhiri mendapat pesan singkat dipanggil wawancara kerja di
salah satu perusahaan media televisi lokal.
24th
of March
Nonton video teka teki dari youtube
sambil membahas editan naskah ujian penelitian sahabat.
25th
onf March
Pergi
ke mesjid dan ketemu teman yang adalah pengantin baru.
26th
of March
Work
interview and start working the day after.
Comments
Post a Comment