jujutsu kaisen (anime review)


 

Setelah terbangun tengah malam karena flu dan menghabiskan waktu satu jam setelahnya bingung mau ngapain selain bersin-bersin, akhirnya aku menyalakan laptop dan mendaratkan jari-jemari dan mengeksekusi rencana untuk menulis ulasan anime jujutsu kaisen yang baru saja aku selesai tonton kemarin atau dua hari kemarin. Karena sekarang hari rabu dan aku selesai nontonnya hari senin, kayaknya. Ya begitulah.

Aku tahu kalau fokus anime ini, atau karakter utamanya, adalah Yuji Itadori, yang adalah seorang anak anak SMA yang sudah kuat secara fisik untuk skala manusia jauh sebelum dirinya menjadi lebih kuat lagi setalah menelan jari-jari Sukuna (Yang katanya raja dari segala kutukan, mereka menyebut monster yang ada di anime ini dengan sebutan kutukan, yang sudah lama mati namun tidak pernah mati dan hanya bisa dipisah jari-jarinya dan bisa kembali lagi ke dunia kalau semuanya bersatu. Mirip cara memanggil naga di anime dragon ball? Mungkin) yang sebenarnya menelan karena terpaksa dan tidak tahu benar konsekuensinya tapi ya begitulah, detailnya tidak penting.

Intinya si karater utama ini anaknya begitu periang namun orang tua tidak jelas siapa (Setidaknya selama musim pertama penayangannya sih sejauh ini tidak jelas siapa ayah dan ibunya. Dan informasi yang dikasih tahu hanyalah dia hidup bersama kakek yang hanya muncul di episode pertama saja. Mirip Naruto? mungkin) tapi kalau sudah nonton pasti agak terpengaruh dengan Gojo Satoru, si bapak guru yang memakai penutup mata, tapi bukan cuman satu penutup mata tapi dua sekalian, dan tidak selemah kayak guru Hatake Kakashi, canda guru Kakashi. Dan saat penutup matanya dibuka maka akan kelihatan matanya bagus sekali, mungkin salah satu mata paling bagus di dunia per-anime-an. Dan konon katanya sekarang karakter in menjadi salah satu yang paling kuat di per-anime-an. Gak heran. Emang kuatnya gak ngotak.

Oiyah, ada juga karakter Megumi Fushiguro yang dimirip-miripkan sama Sasuke karena rambut hitam (Hampir lupa bilang kalau rambut Gojo sensei juga putih mirip Kakashi sensei. Kebetulan lagi? Mungkin) dan sifat Megumi yang dingin, tapi menurut aku tidak sedingin Sasuke. Yang awalnya kelihatan kuat tapi semakin ke sini semakin lemah tapi kayaknya sebenarnya lebih kuat dari kelihatannya namun si Megumi ini agaknya menahan kekuatan aslinya. Kelihatan pas lawan monster di episode akhir.

Dan tentu saja ada Nobara Kugisaki, yang kalau menurut aku bakalan jadi pelengkap kelompok 7 di Naruto versi Jujutsu Kaisen, karena perempuan dan pemarah mirip Sakura. Yang kelihatannya lemah, tapi kayaknya tidak lemah-lemah amat. Ya, walaupun kalau dibandingkan dengan karakter yang lain, bisa dibilang tidak ada apa-apanya. Justru itu yang sedikit unik, kekuatan sihir masing-masing karakter begitu fokus dan beda, sehingga penonton tidak diberi apple-to-apple comparison gitu. 

Ada banyak lagi karakter yang lain tapi nanti tulisan ini akan jadi telalu panjang kalau disebut semuanya. Jadi, menurut aku, beberapa episode terasa agak loncat-loncat dan hilang fokus. Aku gak baca manganya ya, jadi kurang tahu apa memang harusnya alurnya seperti ini atau mungkin ada bagian di manga yang tidak diadaptasi ke animenya. Di beberapa episode awal rasanya begitu. Tapi pas udah di tengah sampai akhir udah agak enak. Dalam satu musim yang berisikan 24 episode, cukup menggali cerita dari beberapa karakter, bukan hanya yang utama tapi yang sampingan juga, yang adalah hal bagus, walaupun kayaknya gak semua bisa dijelaskan origin story-nya.

Aku suka pengembangan karakter utama yang lemah sampai pernah mati tapi hidup lagi, sampai akhirnya bisa agak lumayan menguasai ilmu sihir dan melawan karakter antagonis, para monster, tanpa menggunakan kekuatan monster yang bersemayam di dalam tubuhnya. Aku sempat mengira dia bakalan dimatikan dan dihidupkan berkali-kali. Tapi yang masih terus bikin penasaran kenapa gurunya, si Gojo itu overpower sekali? Sampai di episode akhir musim pertama belum dijelaskan kenapa.

Untuk lagu opening dan ending, bagus banget parah. Untuk setengah beberapa episode di awal ya, karena di paruh kedua beberapa episode selanjutnya sudah diganti. Aku bisa bilang kalau gak paling, mungkin salah satu yang paling, gimana jelasinnya ya, kalau sekali dengerin bisa langsung suka gitu. Gak tahu kenapa. Enak aja pas dengerinnya.

Terus adegan berkelahinya, fighting scenes, minta ampun dah kerennya. Benar-benar dipuaskan secara visual. Epic banget, gak ada obat. Tapi yang bikin ngeganjal palingan beberapa, apa cuma dua ya, monster yang hampir mati kena serangan Gojo sensei tapi gak mati, walaupun hampir mati, karena pintar kabur. Kayaknya semua karakter antagonis yang penting gak ada yang mati deh sejauh ini. Kecuali ada satu peran antagonis yang adalah manusia yang baru mengaktifkan kekuatannya tapi sudah bisa langsung bertarung dan punya potensi besar kalau tetap hidup, entah jadi jahat atau baik, tapi malahan mati mengenaskan gitu aja. Kayak mubazir gitu gak sih.

Poin penting lain yang aku suka adalah universe anime ini gak terlalu luas, dalam artian sekolah untuk anak-anak yang bisa ilmu sihir dan bertarung melawan monster itu gak banyak, jadi fokusnya gak kemana-mana. Tidak tahu apa ini memang senagaja atau sebaliknya. Tapi kayaknya menurut aku sih ini bagus. Konflik internal antara sekolah cabang Tokyo yang lebih terbuka dan cabang Kyoto yang agak konservatif juga bagus ditampilkan di sini, dalam hal pendekatan yang dilakukan terhadap si karakter utama yang menjadi penampung raja kutukan yang bagaikan bom waktu. Yang satu lebih santai dalam menyikapinya, yang satunya lagi ingin langsung eksekusi mati saja.

Udah kayaknya itu saja, ulasan kali ini, udah panjang banget juga kayaknya ini tulisan, dan udah hampir satu jam aku nulisnya. Pokoknya suka banget dan bakalan nungguin musim keduanya. Dan katanya bakalan ada versi film layer lebar, jadi mirip anime demon slayer gitu kayaknya ya, setelah musim pertama selesai langsung lanjut film. Bisa jadi ini adalah trend baru dalam dunia per-anime-an. Kayaknya sih gitu.

Comments