Ulasan Cerpen: Sesuatu yang Merasuki Lemariku oleh Sabrina Lasama
Aku
biasanya tidak tertarik untuk mengkonsumsi cerita horor. Kalau kamu mau tahu, bisa
hitung dengan jari berapa kali aku pergi menonton film horor di bioskop.
Kebanyakan dari pengalaman menonton hanya berupa aku yang menutupi hampir
seluruh wajahku dan teriak kaget karena aku lumayan latah. Tapi, saat
mendapatkan tugas pekan pertama di kelas fiksi ODOP untuk membaca salah satu
cerpen yang ada di situs ngodop dot com, aku seketika tertarik untuk membaca
cerita pendek berjudul Sesuatu yang Merasuki Lemariku oleh Sabrina Lasama. Aku
tahu, bisa ditebak lah, isinya pasti tidak akan lari jauh dari sesuatu yang
ajaib, ternyata lebih dari itu, ceritanya tentang fantasi mistis, tapi aku
sudah terlanjur. Aku lanjut membaca cerita yang memberikan sensasi ganjil dari
satu paragraf ke paragraf selanjutnya sampai selesai.
Cerita
dengan konsep memuntahkan semua fakta-fakta yang justru menimbulkan tanya, namun
kemudan dengan perlahan semuanya terjawab berkat penjelasan kilas balik,
membuat pengalaman membaca cerita yang satu ini terasa agak tidak biasa.
Komposisinya begitu ramping tapi tidak bisa dibilang ringan, begitu penuh padat
dan mengenyangkan rasa lapar atas pertanyaan di awal-awal cerita.
Aku bisa
membayangkan latar cerita yang coba digambarkan oleh penulis dengan detail. Ada
sedikit rasa ngeri yang menyeruak keluar dari layar laptop yang aku gunakan
untuk membaca. Belum lagi waktu aku membaca cerita ini adalah pagi buta,
sekitar pukul empat, lengkap sudah sensasi angker yang diberikan. Kamar Lyla
yang sepertiganya dipenuhi lemari kayu tiga pintu begitu nyata dalam
benak.
Karakter-karakter
di dalam cerita begitu kuat. Lyla dengan perasaan ganjil yang dialami,
mendapatkan kemampuan yang tidak pernah diinginkan. Namun, alih-alih menyebutnya
keanehan, ia lebih menyukai untuk menyebutnya keajaiban, sikap positif di
tengah situasi negatif yang selalu menimpanya. Anita, yang disebutkan sebagai
istri ayahku, sudah mulai membuat pembaca untuk sukses menaruh benci pada
karakter antagonis dalam cerita ini. Sedangkan untuk karakter Ayah, aku kurang
bisa begitu merasakan ekseskusi yang jelas tentang perawakannya, selain
pemikiran bahwa dirinya adalah seorang yang gampang dibohongi oleh istri kedua
yang hobi selingkuh dan tidak terlalu peduli pada anaknya, Lyla. Namun,
deskripsi karakter Babadook begitu jelas terasa. Untuk lemari, aku tahu lemari
bukan salah satu karakter,tapi suka dengan lemari yang menjadi bintang di
cerita ini, judulnya saja tentang lemari kan ya kan.
Cerita
dinarasikan menurut sudut pandang Lyla memang sudah pasti adalah sesuatu yang
pas. Karena kalau menurut sudut pandang Anita atau sudut pandang Ayah, pasti
pembaca bakalan gagal paham dengan kengerian yang coba disampaikan oleh si
penulis. Aku penasaran bagaimana jadinya kalau sudut pandangnya menurut si lemari
kayu, tapi sedikit diwakilkan Lyla saat melihat kenangan lemari.
Comments
Post a Comment