Ulasan Film Dua Garis Biru (Hati-Hati, Ulasan Mengandung Beberan)


Tanpa basa basi lalala, menit-menit pertama langsung menunjukkan bagian dari film yang menjadi antisipasi semua orang dan inti dari cerita ini. Intimasi dua karakter, Bima dan Dara , di rumah yang kebetulan kosong itu berhasil dieksekusi dengan epik tanpa ada unsur-unsur berlebihan. Jangan harap kalian akan menemukan adegan bersuhu tinggi ala film Hollywood di sini, akan tetapi itu uniknya, sesuatu dapat disampaikan tanpa harus benar-benar menunjukkannya, simbolisme yang matang. Pembahasan mengenai simbol-simbol akan saya bahas di bagian akhir ulasan film ini.

Penonton disuguhkan sedikit latar belakang tentang apa yang perlu diketahui dengan dua karakter ini, kurang lebih tentang bagaimana sosok mereka berdua di sekolah. Dara adalah anak yang cerdas dan selalu mendapatkan nilai tertinggi di dalam kelas, memiliki hubungan lebih dari teman dengan karakter Bima yang bisa dibilang begitu terbalik dengan Dara, pemegang tetap nilai terburuk setiap ujian di kelas mereka.

Konflik yang terjadi pasca tindakan di luar batas Bima dan Dara begitu tidak bisa ditebak, kita diberikan sejumlah pilihan yang akan dilakukan oleh dua sejoli ini. Mulai dari rencana pengguguran kandungan, menyembunyikan perut yang membesar sampai lulus dari sekolah beberapa bulan mendatang, namun semua pilihan serba tidak pasti.

Babak pertama film yang datar mengalami penanjakkan sampai titik klimaks yang tidak disangka-sangak pada adegan Dara yang ketahuan sedang hamil, gara-gara keceplosan mengkhawatirkan kandungannya saat terkena bola basket yang nyasar. Rencana yang sudah disodorkan terbukti runtuh dengan gampangnya. Dan konflik dua keluarga pun resmi dimulai, orang tua Dara yang keras berencana menuntut sekolah karena mengeluarkan Dara tanpa mengeluarkan Bima, orang tua Bima yang juga tidak kalah kecewa tapi tetap berusaha waras dengan menyebut “anak kita” pada orang tua Dara yang merujuk bukan hanya pada Bima tapi juga pada Dara.

Bima yang dikejar-kejar dan hampir ditonjok oleh Papa nya Dara di awal, akhirnya mendapatkan tamparan yang keras dan telak dari Ibu nya Bima. Membuat saya dan mungkin penonton yang lain di dalam studio yang begitu gemas dengan Bima yang hampir ditonjok tapi tidak kunjung terjadi, mendapatkan klimaks yang diharapkan. Akhir dari babak pertama memberikan efek yang kental pada setiap karakter. Dara yang ditinggal orang tua nya karena dengan jelas mengatakan kalau apa yang terjadi memang tanpa paksaan karena mereka saling suka, tinggal bersama keluarga Bima.

Babak kedua dipenuhi dengan dua karakter yang dipapar dengan kenyataan berkeluarga di tengah lingkungan kumuh tempat tinggal Bima. Perjalanan menyusuri lorong-lorong sempit menuju rumah Bima memberikan penjelasan kenapa karakter Bima yang diperankan oleh Angga Yunanda nyatanya putih harus dihitamkan kulitnya. Bima adalah sosok anak kalangan bawah yang tidak cemerlang di kelas serta tidak jelas memiliki tujuan apa setelah lulus sekolah nantinya. Tidak seperti Dara yang dari keluarga berada, dengan kegemarannya pada budaya pop korea, giat belajar bahasa korea setiap hari karena berencana untuk pergi kuliah di negeri ginseng.

Hal yang menarik terjadi selanjutnya saat adegan Dara mengunjungi dokter kandungan lalu disemprot dengan wejangan mengenai pendidikan seks tak berujung, adegan ini begitu komedik yang sontak mengundang gelak tawa. Karakter dokter yang menjelaskan mengenai pentingnya pengetahuan seksual yang tidak kita dapatkan di Indonesia ini banyak dipercaya para pengulas film sebagai bentuk kritik kenyataan negara ini yang masih melihat seks tabu sehingga jarang diperbincangkan.

Orang tua dari Dara akhinrya mendatangi dan mengambil kembali Dara untuk pulang ke rumah agar kondisi kehamilan Dara dapat benar-benar diperhatikan, dimulai dari gizi ibu sampai tingkat stres dan bentuk penerimaan terhadap apa yang terjadi pada putri kesayangan mereka. Juga memperkenalkan konflik untuk babak terakhir nanti.

Sosok kakak Bima yang diperankan oleh Rachel Amanda menjadi sosok kakak pertama yang selalu dibanggakan dan dijadikan perbandingan terhadap Bima yang berantakan datang ke rumah. Jujur, secara pribadi saya berharap emosi yang lebih dari karakter si kakak yang dengan sialnya batal menikah karena kelakukan adiknya terdengar oleh pacar dan keluarga si pacar. Sambil memarahi si adik, tapi jatuhnya malah hanya seperti ekspresi sebal pertengkaran kakak dan adik, satu kata bersama satu kalimat yang diucapkan mengandung kata yang merujuk pada salah satu bentuk alat kontrasepsi, yang namun juga tetap ditutup sendiri tanpa sempat dijawab adik.

Di saat yang bersamaan di tempat yang berbeda, Dara mendapati fakta bahwa janin yang dikandungnya direncakan untuk diberikan pada salah satu keluarga mereka. Konflik ini disinggung sebentar dan dilanjutkan kemudian di babak ketiga. Adegn terakhir di babak kedua ditutup dengan ijab kabul pernikahan antara Bima dan Dara.

Kita diperlihatkan dengan konflik berlapis yang dibungkus dengan adegan minimalis. Adegan dan dialog sepanjang babak terakhir ini butuh perhatian khusus, karena jika salah mengambil kesimpulan maka bisa jadi pesan yang coba disampaikan bisa buyar. Film ini dibuat sebaai pendidkan seks agar anak muda menghindari perilaku berlebihan, tapi kalau salah dimengerti, akan muncul pikiran penggampangan. Aksi dan reaksi terhadap tindakan luar batas di sini dijabarkan begitu luas. Tentang kehamilan pada usia muda yang artinya tubuh belum terlalu siap untuk adaptasi. Karakter Dara yang diperankan oleh Zara JKT48 harus diberi apresiasi yang layak. Konflik yang terjadi berupa terpenjara di dalam rumah walaupun Dara ingin sekali sekolah karena dirinya memiliki mimpi kuliah di korea setelahnya. Merasa asing dengan perubahan tubuhnya yang sedang dalam masa mengandung. Serta pilihan yang harus diambil setelah nanti melahirkan anak yang dikandungnya sembilan bulan.

Definisi Ibu yang dipegang oleh Dara sejak mulai mengandung serta definisi Ayah yang dipegang Bima nantinya setelah anak yang dikandung berhasil dilahirkan. Bagaimana konsep tentang menjadi Ibu dan menjadi Orang Tua di sini berbeda. Menjadi ibu hanya sekali tapi menjad orang tua adalah tugas seumur hidup. Ini harus banget disaksikan oleh mulut-mulut netijen atau teman sepergaulan, yang dengan gampangnya memepertanyakan tentang isi perut tidak lama setelah seseorang melangsungkan pernikahan. Ada hal-hal yang harus dipersiapkan terlebih dahulu. Ada alasan dibalik belum punya karena belum mau atau belum siap.

Untuk akhir film bersifat open ending yang mana artinya penonton tidak diberikan akses penuh tentang apa-apa terjadi selanjutnya. Dara yang sempat kritis pasca menjalani proses persalinan harus diperhadapkan dengan pilihan operasi dengan tingkat keberhasilan 50/50, dengan kemungkinan terburuk pengangkatan rahim. Bima sebaga suami diberi beban menandatangani berkas persetujuan. Ekspresi pengadeganan dibagian ini begitu dalam, Bima akhirnya memulai peran Ayah. Sedangkan hak asuh anak disepakati bersama untuk diasuh Bima dan keluarganya.  

Konflik perasaan melawan logika digambarkan dengan kerumitan yang indah. Beberapa pasti kecewa kenapa pasca persalinan dan operasi pengangkatan rahim, Dara tetap memilih pergi ke korea untuk mengejar masa depan yang dipercayainya. Kenapa adegan terkahir hanya sampai Dara di dalam mobil menuju bandara sementra Bima bersama sang bayi, yang diberi nama Adam oleh Ibu nya Bima jauh hari sebelum kelahirannya. Sebagian penonton pasti menuntut penjelasan lengkap, tapi begitulah cerita yang ditutup dengan akhir yang terbuka. Apa-apa yang terjadi dikembalikan pada penonton. Kenyataan kelanjutan Bima dan Dara dipersilakan untuk digambar jelas di benak masing-masing para penonton yang menhabiskan waktu hampir dua jam di dalam bioskop. Jujur, ini adalah pengalaman menonton yang beda.

Untuk simbol-simbol sepanjang film sepertinya sudah banyak dijelaskan oleh sebagian akun-akun pengulas film di youtube. Yang paling banyak mendapatkan jumlah penonton terbanyak adalah vidio yang diunggah kanal youtube cinecrib. Selamat untuk penayangan satu juta lebih pertama berkat vidio kupas simbolnya. Kompak dengan Cine Crib, dua kanal lainnya, #sumatranbigfoot dan KINCIR-Cinema Club juga memberikan nilai 9 dari 10 untuk film ini. Untuk saya sendiri, dan mungkin banyak orang lain di luar sana, Dua Garis Biru (yang ternyata kenapa judulnya seperti itu adalah salah pengertian Bima tentang hasil tes kehamilan kalau merah artinya anak cewek dan biru anak cowok, Bima mengira anaknya adalah cewek dan bukan cowok) adalah film terbaik Indonesia selain Ghost Writer.

Mau kasih disclaimer dulu kalau makna simbol ini bukan dari saya tapi dari vidio yang diunggah oleh Cine Crib dan #sumatranbigfoot. Saya hanya merangkum.

Strawberry melambangkan besarnya janin di beberapa minggu pertama. Adegan jus  strawberry diblender yang dibeli Bima untuk diminum sebelum rencana pengguguran itu luar biasa sekali. Dara langsung membayangkan janin yang dikandungnya dan langsung lari meninggalkan tempat tersebut dan juga menyadarkan Bima kalau rencana mereka itu salah dan Dara sudah berbulat tekad akan lanjut mengandung.

Kerang yang bagus dan kerang yang jelek itu perumpamaan gadis yang masih tertutup dan sudah terbuka, jika kamu mengerti maksud saya sebenarnya apa.

Sedangkan untuk ondel-ondel cewek yang tidak diperlihatkan wujud orang yang berada dibaliknya itu katanya lambang kesucian. Memberikan uang untuk mengembalikan kesucian Dara dengan jalan menggugurkan. Kemudian dengan muka masam melihat Dara datang ke lingkungan Bima karena Dara menerima kesucian miliknya sudah tidak. Kurang lebih itu pemaknaan simbolnya.

Comments

  1. endingnya lebih ke arah realistis yaa...bukan yg happy ending saling mencintai gitu hehe....thanks utk reviewnya mas Dwi

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, realistis banget dengan segala kerumitannya. terima kasih sudah mampir.

      Delete
  2. Endingnya aku suka. Tidak menjual happy ending semata..hehehe.. Hidup ga ada yang semudah itu..:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. endingnya bikin kita mikir dan menciptakan 1001 skenario di dalam kepala. terma kasih sudah mampir.

      Delete
    2. Thanks reviewnya. Walaupun belum nonton jadi kerasa udah nonton..

      Delete
    3. waduh wajib nonton deh kalau ada kesempatan. terima kasih komentarnya

      Delete
  3. Keren, seperti kisah nyata ya...ulasan yang kakak tulis juga sudah cukup detail.. sehingga serasa telah menonton film ini...

    ReplyDelete
    Replies
    1. maaf ya, padahal kamu belum nonton filmnya, tapi malah baca ulasan lengkap ini, hehe.

      Delete
  4. Karena hidup tidak seperti cerita di negeri dongeng "happy ending". Ceritanya bagus untuk para orang tua dan anak-anak yang dalam masa remaja menuju dewasa khususnya tentang pemahaman sex education.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, bener kak. Indonesia butuh banget pendidikan seks.

      Delete

Post a Comment