bulan ramadan



sekarang kita sedang berada di dalam bulan ramadhan. bulan yang dipercaya sebagai bulan terbaik dari sisa bulan-bulan yang lain.

sebagai bulan yang dapat berarti apapun. waktu pengampunan dosa. waktu dimana kita bisa mendadak menjadi seorang yang agamis tanpa ada orang yang mencibir, karena memang faktanya sebagaian besar dari kita memang melakukannya.

semuanya berlomba-lomba melakukan perintah agama. dimulai dari berpuasa, sholat tepat waktu, dan juga tidak lupa membaca kitab suci al-quran.

tapi apakah benar hal ini? dengan kenyataan yang sudah saya buktikan setiap tahunnya. selepas ramadhan, hal yang terjadi adalah kembali menjadi seperti semula. shoat juga paling tinggi yah Cuma magrib saja.
dalam setiap tahunnya, dalam satu bulan yang istimewah ini, kita mendadak berusaha menjadi manusia paling suci, entah dengan niat yang memang jujur dari hati atau hanya sekedar euphoria belaka.

awalnya aku berniat menulis ini pada hari pertama. apa boleh buat rasa malas menguasai akhirnya baru bisa dilakukan di hari kesekian. okeh aku kasih reviewnya deh. malam pertama, luar biasa aku bisa baca al-quran/tadarusan sendirian di rumah selama satu jam penuh dan menghasilkan menyelesaikan bacaan satu jus. tepok tangan sendiri.

malam kedua, sudah mulai malas tapi juga masih lumayan rajin disaat yang sama. membaca sedikit di sore hari dan lepas magrib, dan akhirnya jus dua selesai juga. sebenarnya karena bertepatan dengan debat cawapres jadi disengajain supaya tinggal nyante waktu lepas taraweh heheh. hari-hari berikutnya sudah mulai malas naik turun.

walau aku tetap akan menuliskan tentang kebenaran bahwa aku gak sholat subuh selama dua hari pertama dan pada hari ketiga hanya sholat di rumah. singkat cerita tak sesempurna dugaan. penyebabnya adaah tidur setelah sahur. siapa yang harus disalahkan, mama yang gak bangunin, atau aku yang tidur kayak orang mati.
jujur, aku pengen nulis tentang suka cita bulan ramadhan. tapi jujur saja entah perasaan kayaknya aku biasa aja, astagah, perasaan sejak tahun-tahun lalu gak terlalu terasa atau memang akunya yang selalu kayak begini, entah.

rasa terima kasih tidak lupa aku haturkan untuk para stasiun televisi, yang seperti biasanya lumayan membantu untuk membentuk suasana islami selama ramadhan dengan para ustad yang ceramah everywhere. kompetisi hafalan quran, ceramah, sinetron semuanya langsung berbau islam.
dan juga tidak ketinggalan acara lawak yang sebenarnya menurut aku garing dan hanya bikin jengkel tetap eksis. sabar dan open minded aja dah mungkin mereka tidak terlalu salah, toh memang itu pekerjaan mereka kan.

Comments