kelompok presentasi tentang linguistic competence and performance versi Bahasa Indonesia
Walaupun sebutan ahli bahasa
terkadang digunakan untuk merujuk kepada seseorang yang mampu berbicara
beberapa bahsa, ilmuan bahasa modern tidak tertarik menggunakan bahasa-bahasa
untuk komunikasi. Ahli bahasa tertarik tentang mendeskripsikan sintaksis dan
arti bahsa, juga suara dan pembentukan kata, sehingga jarang dibutuhkan untuk memahami
bahasa lain. Hasilnya adalah ditemukan riset ilmuan amerika dalam dua decade
terakhir banyak ditemui hanya dalam bahasa inggris.
Kemampuan berbicara berbeda
dengan bahasa. Kemampuan berbicara adalah sesuatu yang kongkrit, tindakan
fisik-memproduksi ucapan spesifik yang mengandung kata-kata yang terseusun
sedemikian rupa dan diekspresikan dengan arti dan bunyi tertentu. Sedangkan
bahasa adalah fenomena mental, pengetahuan tentang bunyi, arti, dan siktaksis
yang terletak dalam pikiran. Pengetahuan ini bisa digunakan, tapi kemampuan
berbicara dan menulis hanyalah representasi dari bahasa-bukan bahasa.
Ahli bahasa berfokus pada
menentukan pengetahuan para pengguna bahasa-pengetahuan yang memperbolehkan
mereka untuk memproduksi dan memahami semua ucapan bahasa yang memungkinkan.
Kompetensi dan Penampilan yang berhubungan dengan bahasa
Pengetahuan tentang bahasa sangat
jarang untuk disadari. Orang-orang banyak yang tidak menyadari apa yang
sebenarnya mereka ketahui, maupun mentransfer hasil pikiran menjadi dalam
kemampuan berbicara atau menulis dengan peraturan yang ada. Kita semua
terkadang mengalami lidah keseleo dalam artian tidak bisa menyelesaikan kalimat
yang dimulai atau perhatian teralihkan saat sedang mendengar atau membaca yang
kemudian menyebabkan kesalahan dalam menulis.
(1) I
took the hook bome
(2) I
took the book home
Tidak ada yang akan mengklaim
bahwa orang yang menulis kalimat pertama adalah orang yang kurang
pengetahuannya tentang menulis kata yang benar seperti book dan home, tetapi
yang akan ditemukan adalah orang lain akan berpikir mungkin yang menulis
kalimat pertama itu sedang lelah atau mabuk atau penyebab lain yang mengganggu
proses produksi kemampuan berbicara.
Maka Ilmu bahasa tidak selamanya
akurat merefleksikan sang pembicara. Karena hal inilah, ilmuan bahasa
beranggapan bahwa sangat diperlukan untuk membedakan antara kompetensi dan
pelaksanaan. Kompetensi berbahasa adalah pengetahuan tak sadar tentang bunyi,
arti, dan sintaksis yang dimiliki oleh pembicara. Sedangkan pelaksanaan
berbahasa adalah kebiasaan berbahasa yang sebenarnya-penggunaan bahasa dalam
kehidupan sehari-hari. Perbedaan kompetensi dan pelaksanaan bahasa itu sangat
penting. Perbedaan pendekatan yang digunakan oleh ilmuan bahasa dan ilmuan
disiplin ilmu lain seperti pembelajar psikologi atau sosiologi atau mengajar
bahasa asing dan disiplin ilmu sejenisnya. Ilmuan bahasa lebih tertarik dengan
kompetensi-isi pengetahuan yang membuat pelaksanaan bahasa menjadi mungkin.
Pembelajar ilmu disiplin yang lain biasanya berfokus pada pelaksanaan
bahasa-penggunaan bahasa.
Contoh pelaksanaan bahasa secara
alami membutuhkan sang pembicara untuk memiliki engetahuan bahasa. Tapi
pelaksanaan bahasa melibatkan yang lain juga, seperti kesehatan, tingkat emosi,
memori dan perhatian-semua faktor ini, dan juga masih banyak yang lain lagi,
akan berefek pada penggunaan bahasa. Studi pelaksanaan bahasa adalah, terlalu
kompleks. Para peneliti harus menentukan luas jenis dari fakta-fakta sebelum
bisa menjelaskan mengapa seseorang menggunakan bahasa dengan jalan mengisolasi
kompetensi bahasa dari faktor yang lain termasuk pelaksanaan bahasa, Para
ilmuan bahasa berharap untuk bisa menjelaskan dasar pelaksanaan bahasa dengan
berbagai macam faktor eksternak yang juga berpengaruh pada penggunaan bahasa.
Kompetensi bahasa adalah sebuah
bentuk abstrak dari kenyataan. Selama hal ini adalah pengetahuan maka hal ini
bisa diamati. Sejak kenyataan juga terkadnung faktor yang lainnya juga,
kompetensi bahsa adalah versi ideal bahasa yang sebagaimana dalam pikiran
masing-masing individu. Dalam mencoba mempelajari kompetensi bahasa terpisah
dari pelaksanaan yang sebenarnya, ilmuan bahasa mengikuti metode investigasi
panjang yang sejenis dalam ilmu lain. Kimia, contohnya, tidak pergi ke dapur
untuk membawa riset zat kimia. Para kimiawan membawa zat kimia kedalam
laboratorium dan menginvestigasi dalam kondisi ideal, menggunakan alat pengstreril sehingga tidak ada faktor eksternal apapun
yang bisa merusak zat kimia tersebut. Dalam kondisi yang lebih normal, di dunia
nyata, zat kimia itu akan berinteraksi dengan zat yang lain, tapi sebelum ada
yang bisa menjelaskan aksi dan reaksi diantara elemen, perlu diketahui terlebih
dahulu tentang apa saja yang menjadi kandungan dari masing-masing elemen. Dan
begitu juga dengan studi bahasa. Sebelum kita bisa berharap untuk mengerti
interaksi dari semua faktor yang ada dalam plaksanaan bahasa, kita harus
terlebih dahulu mempelajari faktor masing-masing secara terpisah. Ilmu bahasa
modern, salah satu tujuan utama. mencari tahu untuk kemudian mendeskripsikan
kekayaan bahasa dan dengan cara demikian kemudian menentukan sifat dasar
kompetensi bahasa.
Bidang pembelajaran ilmuan bahasa
adalah bahasa itu sendiri. Berbagai macam kesalahan dalam pelaksanaan bahasa
sering disebabkan oleh faktor yang tidak ada hubungannya dengan pengetahuan
tentang bahsa, Maka dari itu, ahli bahasa haruslah menyortir kompetensi bahasa
dari semua faktor lain yang terlibat dalam pelakasanaan bahasa. Hanya dengan
jalan ini kita bisa sampai pada beberapa pemahaman sistem bahasa yang
mengkonstitusi bahasa manusia.
Kompetensi bahasa adalah sebuah
kenyataan mental, bukan fisik, pengisolasioan kompetensi bahsa dari pelaksanaan
bahasa adalah sesuatu yang sulit. Hanya pelaksanaan bahasa yang bisa diamati.
Maka, ilmuan bahasa mulai menginvestigasi bahasa dengan mencatat contoh nyata
kebiasaan bahasa. Ilmuan bahasa mengamati kalimat yang diproduksi oleh
pembicara dan penulis, yang dipahami oleh pendengar dan pembaca, dan bertujuan
untuk menentukan jenis-jenis pengetahuan ilmu bahasa yang harus dimiliki oleh
orang-orang untuk mengguanakan bahasa yang biasanya digunakan. Tidak semua
kalimat diproduksi atau dipahami, namun, merupakan data yang benar untuk studi
kompetensi bahasa. Beberapa harus ditolak karena gagal merefleksikan kompetensi
bahasa karena faktor-faktor yang tidak ada hubungannya dengan bahasa.
Tambahan untuk penggunaan bahasa
normal, ada tipe yang lain dari pelaksanaan bahasa yang menyediakan penyelidik
dengan informasi tentang pengetahuan pembicara dan pendengar dari bahasanya.
Para pembiacara bisa membuat penilaian tentang kalimat-kalimat; mereka bisa
mengetahui kapan suatu kalimat itu ambigu (memiliki lebih dari satu arti),
ketika tidak tatabahasanya tidak benar (tidak mengikuti aturan atau kaidah
bahasa), atau ketika dua atau lebih kalimat itu pharafrase (memiliki arti yang
sama). Untuk membuat penilaian semacam itu dipelukan pengetahuan tentang
bahasa, dan penilaian para pembicara tentang kalimat-kalimat yang memberikan
pandangan yang lebih jauh tetang pengetahuan itu. Penilaian-penilaian ini,
tentu saja, adalah subjek dari kesalahan yang sama sebagai pengguanaan bahasa
pada umunnya. Para pembicara bisa saja gagal menyadari ambiguitas dalam suatu
kalimat. Seperti pada contoh nomor 3, jika diproduksi dalam konteks dimana
artinya jelas.
(3) The
president fired the secretary of the interior with enthusiasm
(4) The
president fired the secretary of the interior who possessed enthusiasm
(5) The
president enthusiastically fired the secretary of the interior
(6) The
president institilled the secretary of the interior with enthusiasm
Faktanya, contoh 3 memiliki tiga
arti yang berbeda, direpresentasikan oleh paraphrase d contoh nomor 4 dan 5 dan
6, tapi, dalam situasi tertentu, hanya salah satu arti yang pantas digunakan.
Walaupun para pembicara bahasa
inggris bisa saja gagal dengan segera mendeteksi ambiguitas contoh nomor 3,
mereka akan dengan sendirinya setuju bahwa contoh nomor 3 memiliki arti seperti
contoh 4 dan 5 dan 6. Keinginan menentukan kompetensi bahsa dengan
menginvestigasi bahasa sebenarnya dan menggunakan penilaian bahasa, ilmuan
bahasa sedang berusaha untuk menemukan suatu jenis pengetahuan tentang bahasa
yang harus dimiliki oleh para pembicara untuk terlaksana saat dilakukan.
*postingan ini seharusnya dari dulu tapi baru sempat sekarang dan postingan ini juga mengingatkan aku kalau aku ada hutang mengepos materi linguistics lanjutan the origin of language, maaf masih belom juga diposting, soon I hope
*kabar gembira; kuliah intro to linguistics jadi penutup perkuliahan semester satu karena kemaren sempat tidak masuk dua kali karena tanggal merah
*yah, minggu lalu tanggal 5-9 januari adalah uas semester satu dan sekarang sedang menunggu nilai untuk keluar, mudah-mudahan tidak ada yang error, amin.
Comments
Post a Comment