tugas mata kuliah pengantar hubungan internasional (hi) tentang hubungan sasing dan hi
Alasan
memilih jurusan Sastra Inggris
Alasan saya memilih jurusan sastra inggris di
perguruan tinggi adalah karena minat saya dalam bahasa inggris dan hobi saya
menonton film karena saya suka menghanyutkan diri dalam cerita dan melupakan
kebisingan dunia untuk sesaat. Walaupun saya tidak mempelajari film di jurusan
sasing tapi menurut pengalaman saya selama kurang lebih satu setengah tahun
lebih di jurusan ini, kami memang lumayan sering membahas film karena memang
tidak sedikit deretan novel yang diadaptasi menjadi film yah walaupun para
dosen sangat tidak menganjurkan kami para mahasiswa sastra untuk menonton film
adaptasi dari novel karena akan kehilangan keaslian novel-walaupun kenyataannya
kami lebih suka menonton film daripada membaca novel. Tapi saya sekarang sedang
berusaha untuk menikmati membaca novel selayaknya menonton film, berusaha
menjadi anak sastra yang sesungguhnya atau semacamnya.
Saya menyadari kalau saya suka bahasa inggris
tetapi saya tidak ingin menjadi guru bahasa inggris maka dari itu saya tidak
memilih jurusan keguruan melainkan sastra. Selain itu, jurusan sastra kedepannya
akan memberikan kita kesempatan berkarir yang luas sesuai dengan minat yang
kita geluti. Karena kami akan dibekali dengan berbagai kemampuan untuk siap
bersaing di dunia kerja, diantaranya kemampuan menulis dan kemapuan berbahasa
inggris serta pengetahuan tentang berbagai hal dari novel-novel yang dibaca,
kayaknya.
Definisi,
Ruang Lingkup, dan Sejarah Hubungan Internasional
Definisi
Hubungan Internasional atau yang sering disingkat menjadi HI adalah ilmu yang mempelajari
hubungan antar negara, termasuk peran sejumlah negara, organisasi antarpemerintah
(IGO), organisasi nonpemerintah internasional (INGO), organisasi non-pemerintah
(NGO), dan perusahaan multinasional
(MNC). HI merupakan sebuah bidang akademik dan kebijakan publik dan dapat bersifat positif
atau normatif, karena keduanya
berusaha menganalisis dan merumuskan kebijakan luar negeri
negara-negara tertentu. HI sering dianggap sebagai cabang ilmu politik, namun pihak akademisi lebih suka
menganggapnya sebagai bidang studi yang interdisipliner, tetapi baru pada awal
abad ke-20 HI menjadi disiplin yang terpisah dan tetap.
Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup studi hubungan internasional terdiri
dari berbagai bidang disiplin ilmu seperti ekonomi, sejarah, hukum internasional, filsafat, geografi,
kerja sosial,
sosiologi, antropologi, kriminologi, psikologi, studi gender,
dan ilmu budaya/kulturologi.
Serta mencangkup fenomena-fenomena sosial termasuk globalisasi, kedaulatan negara, keamanan internasional, kelestarian
lingkungan, proliferasi
nuklir, nasionalisme, pembangunan ekonomi, keuangan global, terorisme, kejahatan terorganisasi, keamanan manusia, intervensionisme asing,
dan hak asasi manusia.
Sejarah
Sejarah hubungan internasional dapat
ditelusuri hingga ribuan tahun yang lalu; Barry Buzan dan Richard Little,
misalnya, menganggap interaksi antara beberapa negara-kota kuno di Sumeria,
yang berawal pada tahun 3.500 SM, sebagai sistem internasional paling dewasa pertama di dunia.
Sejarah hubungan internasional berdasarkan negara berdaulat dapat ditelusuri hingga Perdamaian Westfalen
(Westphalia) tahun 1648, sebuah batu loncatan dalam perkembangan sistem negara
modern. Sebelumnya, organisasi otoritas politik Eropa abad pertengahan masih
didasarkan pada ordo keagamaan hierarkis yang tidak jelas. Berlawanan dengan
kepercayaan masyarakat, Westfalen (Westphalia) masih menerapkan sistem
kedaulatan berlapis, khususnya di dalam Kekaisaran Romawi Suci. Selain
Perdamaian Westfalen (Westphalia), Traktat Utrecht tahun 1713 dianggap mencerminkan suatu norma
baru bahwa negara berdaulat tidak memiliki kesamaan internal di dalam wilayah
tetapnya dan tidak ada penguasa luar yang dapat menjadi penguasa mutlak di
dalam perbatasan sebuah wilayah berdaulat.
Tahun-tahun antara 1500 hingga 1789 menjadi
masa kebangkitan negara-negara berdaulat
yang merdeka, institusionalisasi diplomasi dan angkatan bersenjata. Revolusi Perancis turut menambahkan ide baru bahwa yang dapat
ditetapkan sebagai berdaulat bukanlah pangeran atau oligarki, tetapi warga
negara yang didefinisikan sebagai bangsa. Suatu negara yang bangsanya berdaulat
dapat disebut sebuah negara-bangsa (berbeda dengan monarki atau
negara keagamaan). Istilah republik mulai menjadi sinonimnya. Sebuah
model alternatif negara-bangsa dikembangkan sebagai tanggapan atas konsep
republik Perancis oleh bangsa Jerman dan lainnya, yang bukannya memberikan
kedaulatan kepada warga negara, malah mempertahankan pangeran dan kerajaan,
tetapi menetapkan kenegarabangsaan dalam hal etnolinguistik, sehingga
menetapkan ide yang jarang terwujud bahwa semua orang yang mempertuturkan satu
bahasa dimiliki oleh satu negara saja. Klaim yang sama terhadap kedaulatan
dibuat untuk kedua bentuk negara-bangsa. Perlu diketahui bahwa di Eropa saat
ini, beberapa negara mengikuti kedua definisi negara-bangsa: banyak yang
melanjutkan sistem kerajaan berdaulat, dan sedikit sekali negara yang homogen
etnisnya.
Sistem Eropa yang mengusung kesetaraan
kedaulatan negara-negara dibawa ke Amerika, Afrika, dan Asia melalui kolonialisme dan "standar peradaban" mereka. Sistem
internasional kontemporer akhirnya ditetapkan melalui dekolonisasi selama Perang Dingin. Tetapi, hal ini malah terlalu disederhanakan. Meski
sistem negara-bangsa dianggap "modern", banyak negara belum
memberlakukan sistem ini dan dianggap "pra-modern".
Lebih jauh lagi, beberapa negara telah
bergerak keluar dari penuntutan kedaulatan penuh, dan dapat dianggap
"pascamodern". Kemampuan kuliah HI kontemporer untuk menjelaskan
hubungan antara jenis-jenis negara ini masih diragukan. "Tingkat
analisis" adalah cara memandang sistem internasional, yang mencakup
tingkat individual, kondisi domestik sebagai satu kesatuan, tingkat internasional
berupa persoalan transnasional dan antarpemerintah, dan tingkat global.
Hal yang secara eksplisit diakui sebagai
teori Hubungan Internasional belum dikembangkan hingga akhir Perang Dunia I. Meski begitu, teori HI sudah lama bergantung
pada karya ilmu sosial lain. Pemakaian huruf kapital
"H" dan "I" dalam Hubungan Internasional bertujuan untuk
membedakan disiplin akademik Hubungan Internasional dari fenomena hubungan
internasional. Banyak orang merujuk The Art of War karya Sun Tzu (abad ke-6 SM), History of the Peloponnesian War karya Thucydides (abad ke-5 SM), Arthashastra karya Chanakya (abad ke-4 SM) sebagai inspirasi bagi teori realis,
dengan penjelasan yang lebih dalam oleh Leviathan karya Hobbes dan The Prince karya Machiavelli.
Demikian pula, liberalisme bergantung pada karya Kant dan Rousseau, dengan karya
Kant yang sering dirujuk sebagai penjelasan pertama mengenai teori perdamaian demokratis.
Meski hak asasi manusia kontemporer dianggap berbeda daripada tipe hak asasi
yang tergambar dalam hukum alam,
Francisco de
Vitoria, Hugo Grotius dan John Locke memberikan penejlasan langsung mengenai penetapan
universal terhadap hak-hak tertentu atas dasar kemanusiaan umum. Pada abad
ke-20, selain teori kontemporer internasionalisme liberal, Marxisme telah menjadi dasar hubungan internasional.
Hubungan
antara mata kuliah Pengantar Hubungan Internasional dan Sastra Inggris
Masing-masing baik itu Sastra Inggris (sasing)
dan Hubungan Internasional (HI) memiliki kemiripan yang sedikit banyak tentang
bagaimana mempelajari perkembangan dunia sekarang ini baik itu isu-isu
terhangat ataupun berbagai fenomena sepanjang sejarah. Yang menjadi pembeda
adalah kalau HI belajar dengan gamblang menggunakan berbagai pembedahan
kasus-kasus kekinian dan kalau sasing menggunakan pendekatan analisis novel
yang mengangkat tema tentang keadaan sosial di wilayah tertentu pada jaman
tertentu yang direkam oleh para penulis ke dalam bentuk cerita dalam novel.
Hal yang lainnya adalah tentang ilmu
komunikasi yang juga adalah barang tentu menjadi sesuatu yang diperlukan dalam
setiap interaksi bukan hanya antar negara akan tetapi juga antar individu
manusia dalam keseharian. Mahasiswa sastra inggris yang setiap harinya
diperhadapkan dengan berbagai mata kuliah keilmuan berbahasa baik dalam bentuk
tertulis maupun oral sudah pasti memiliki nilai jual tersendiri dalam dunia
ke-HI-an.
Comments
Post a Comment