kita sekarang karena kita yang dulu


Saya ingin menceritakan pengalaman saya waktu SMA. Pengalaman ini bisa dikatakan bahagia dan sekaligus sedih di saat yang bersamaan.

Tapi harus saya akui hal inilah yang membut saya menjadi saya yang sekarang. Saya berhutang akan hal ini. Hal  ini membuka mata saya untuk melihat dunia. Membuat saya suka mengikuti perkembangan berita. Dan menjadikan saya penggila film.

Semuanya bermua saat tes masuk sekolah. Tes ini adalah tes speaking bahasa inggris. Jalur yang saya ikuti dulu saat masuk adalah jalr non tes atau rekomendasi dari sekolah asal.

Saya beruntung mngikti ini. Saya jadi tidak perlu mengikuti tes padahal saya bisa dibilang biasa saja dan tidak pintar-pintar amat. Awalnya dulu saya pergi ke sekolah (smp) dengan niat mengurus berkas-berkas untuk ke sekolah sma yang lain.

Namun ternyata saya bertemu dengan kepala sekolah dan dipanggil. Beliau menawarkan saya untuk mengikuti program non tes karena kuotanya masih banyak. Saya pun mengiyakan dan mengurus semua yang diperlukan sampai akhirnya saya sudah sampai di tes tersebut.

Setelah tes bahasa inggris itu. Saya dan beberapa orang yang lain direkrut untuk menjadi anggota kelompok debat sekolah. Saya yang tidak punya pengalaman debat dan baru-baru saja melek bahsa inggris tentu saja kaget dan takut.

Namun akhirnya saya ikut juga mengikuti suatu lomba di sekolah. Kebetulan lomba tu dilaksananakan di sekolah dan pada saat penerimaan siswa baru membuat hal ini menjadi begitu spesial.

Maka saat yang lainnya sedang sibuk dengan berbagai kegiatan orientasi saya dan beberapa teman yang lain malah sibuk latihan. Kemudian pada hari lomba kami menggunakan seragam sekolah sma.

Teman-temn yang lain belum menggunakan seragam tapi kita sudah lengkap menggunakannya. Karena hal ini merupakan ketentuan dan kami mewakili sekolah sma kami. Jadilah hari itu sebagai salh satu hari dengan pengalaman luar biasa yang susah untuk dilupakan.

Sebelumnya saya sempat takut, ragu, dan bahkan tidak ingin mengikutinya.tapi ternyata sekai ikut lomba itu saya malah jadi ketagihan. An begitulah awalnya awal cerita yang membuat kehidupan sma saya penuh dengan hari-hari latihan debat.

Mempelajari hal baru. Memasuki dunia baru. Membahagiakan. Namun bukan cumin ada cerita bagusnya. Ada juga cerita sedihnya. Selama tiga tahun saya ikut kelompok debat, saya belum pernah mengikuti lomba yang lainnya selain lomba saat awal masuk sekolah itu.

Pernah sekali ingin ikut juga di lomba tingkat provini namun sesuatu terjadi dan membuat saya terpaksa tidak bisa. Tahun pertama dan kedua saya juga tidak ikut yang tingkat nasional. Lagipula taun pertama dan kedua orang yang pergi masih sama. Mereka yang terbaik jadi saya tak ada alasan untuk kecewa karena ini demi nama baik seprovinsi.

Tahun ketiga merupakan tahun terakhir saya untuk bisa ikut lomba. Namun lagi-lagi saya gagal. Jadilah saya hanya sebagai teman latihan. Sedih rasanya. Namun tak apalah. Karena walau sebagaan hati saya sedih. Sebagiannya lagi senang karena sudah masuk dalam dunia ini. Saya sangat bersyukur.

Yang penting hal ini memiliki hikmah luar biasa bagi saya. Saya menjadi saya yang sekarang. Saya yang sekarang adalah karena saya yang dulu. Jika saya tidak ikut kelompok debat saya tidak akan bisa menjadi individu yang open minded, dan memiliki kemampuan analisis dan kritis seperti sekarang.

Dapat berpikir positif dan negative, sehingga dapat lebih menghormati penampakan sosial yang ada di sekitar. Mempunyai interest terhadap dunia internasional, sehingga peka terhadap apa yang terjadi dan melahirkan keinginan sendiri untuk update berita.

Menonton banyak film barat. Saya tidak akan tergila-gila dengan film barat kalau saya tidak masuk kelompok debat. Dengan menonton film, selain mendapat faktor hiburan tapi saya juga belajar bahasa inggris agar bisa lebih baik. Dan memahami hal-hal lain dan lebih membuka mata dan akal pikiran.

Terima kasih juga untuk dua kakak kelas saya yang sudah menjadi tentor. Sebenarnya ada tiga. Mereka adalah first, second, dan third speaker terhebat kebanggaan sekolah saya.

Terima kasih telah mengenalkan dunia ini. Dan juga untuk mam yang menemukan saya dari banyaknya anak-anak yang lain. Sangat senang dan bangga dapat direkrut dan masuk kelompok debat.

Terima kasih.

Comments