pengertian sastra menurut para ahli


Apabila mendengar kata “sastra”, ada dua kemungkinan pengertian yang muncul dalam benak kita. Pertama, sastra adalah hasil karya seni para pengarang atau sastrawan, yang antara lain berupa prosa (cerita pendek atau novel), puisi, dan drama (naskah drama atau pementasan drama). Sastra yang masuk dalam pengertian pertama ini disebut karya sastra
atau sastra kreatif. Kedua, sastra adalah ilmu pengetahuan atau bidang ilmu yang mempelajari karya-karya sastra (prosa, puisi, dan drama), yang dikenal dengan nama ilmu sastra atau sastra ilmiah. Kalau dirinci, ilmu sastra terdiri atas teori sastra, kritik sastra, dan sejarah sastra. Dalam perkembangan ilmu sastra, muncul bidang baru yang bersifat multidisiplin, yakni sosiologi sastra, psikologi sastra dan antropologi sastra.

Idak mudah merumuskan definisi atau batasan pengertian sastra yang dapat diterima umum. Bahkan ada ahli sastra yang menyatakan tidak perlu membuat definisi atau rumusan pengertian sastra, biarkan sastra itu sendiri “berbicara” tentang hakikat dirinya. Alasan ahli sastra itu karena setiap kali rumusan pengertian sastra dikmukakan, rumusan itu tidak memuaskan banyk kalangan. Untuk kepentingan kajian sastra secara teoretis keilmuan, pandangan tersebut bisa dipahami. Namun, untuk kepentingan pendidikan sastra di lembaga pendidikan, termasuk perguruan tinggi, pengertian sastra perlu dirumuskan untuk memudahkan para mahasiswa mempelajari sastra.

Untuk kepentingan pendidikan itu kita perlu meninjau pengertian sastra dari berbagai segi, misalnya dari segi ontologism, etismologis, leksikal, dan pendapat sejumlah asli sastra. Secara ontologism (makna kata berdasarkan hakikatnya), kata sastra didefinisikan (1) sastra adalah karya ciptaan atau fiksi yang bersifat imajinatif, (2) sastra adalah penggunaan bahasa yang indah dan berguna menandakan hal-hal lain, (3) sastra adalah teks teks yang bahasanya dimanipulasi atau disulap oleh pengarangnya sehingga menghasilkan efek asing (deotomatisasi) dalam penerapannya (Taum, 1997: 13)

Secara etimologis (makna kata berdasarkan asal-usulnya) kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa sansekerta, sastra. Dalam bahasa sansekerta, kata sastra dibentuk dari akar kata –sas dan –tra. Akar kata –sas (dalam kata kerja turunan) menunjukkan arti mengarahkan, mengajar, member petunjuj atau instruksi, sedangkan akar kata –tra menunjukkan arti alat atau sarana. Dengn demikian, sastra dapat berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi tau buku pengajaran. Pengertian ini kita bisa hubungkan dengan pengertian kata kamasastra dan silapasastra dalam bahasa sansekerta, dimana kamasastra adalah buku petunjuk mengenai seni bercinta, dan silapasastra adalah buku petunjuk seni arsitektur.

Pengertian sastra dalam bahasa Indonesia tidak jauh berbeda dengan bahasa-bahasa Eropa, seperti literature (Inggris), literature (jerman), literatuur (belanda), literature (perancis), yang semuanya diturunkan dari litteratura (bahasa latin). Menurut asalnya, kata literature (latin) ini dipakai dalam pengertian tata bahasa dan puisi. Seorang litteratus adalah orang yang tahu tata bahasa dan puisi. Secara umum dalam bahasa-bahasa Eropa modern, kata yang diturunkan dari litteratura (latin) itu menunjukkan arti: “segala sesuatu yang tertulis, pemakaian bahasa dalam bentuk tertulis” (Teeuw, 1984: 22).

Secara leksikal (makna kata berdasarkan kamus), sastra diartikan sebagai “bahasa(kata-kata, gaya bahasa) yang dipakai dalam kitab-kitab (bukan bahasa sehari-hari), kesusastraan” (Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, 2001:1001). Selain kata sastra, dalam KBBI juga ada kata susastra (tambah awalan su- dari bahasa sanskerta yang artinya baik atau indah) yang mengandung arti “karya sastra yang isi dan bentuknya sangat serius, berupa ungkapan pengalaman jiwa manusia yang ditimba dari kehidupan kemudian direka dan disusun dengan bahasa yang indah sebagai sarananya sehingga mencapai syarat estetika yang tinggi” (KBBI, 2001: 1110). Dalam Kamus Belanda Indonesia (Soekartini, 1992: 361) literatuur diartikan sebagai “kesusastraan, sejarah kesusastraan.”John Echols dan Hasan Shadily dalam Kamus Inggris Indonesua (1996: 361) mengartikan literature sebagai kesusastraan.

Dalam buku Glossarium : 1250 Entri Kajian Sastra, Seni, dan Sosial Budaya (2013: 408), Nyoman Kutha Ratna menyatakan bahwa dalam perkembangan terakhir, sastra memiliki dua pengertian yakni (1) sastra sebagai hasil karya, sebagai karya seni, dan (2) sastra sebagai keseluruhan hasil karya, baik sebagai karya seni maupun sebagai ilmu. Khazanah sastra dibedakan menjadi sastra lisan dan sastra tulisaan, sastra lama dan modern, sastra daerah dan nasional, sastra popular dan serius. Sebgai kajian dibedakan menjadi tiga jenis, yakni teori sastra, sejarah sastra, dan kritik sastra.

A Teeuw, seorang ilmuan dan kritikus sastra kelahiran belanda, meskipun tidak yakin akan adanya definisi ideal dan universal tentang sastra, namun dalam bukunya Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra (1984: 41), Teuuw secara ringkas dan padat menyatakan bahwa sastra adalah segala sesuatu yang tertulis, pemakaian bahasa dalam bentuk tulis, meskipun tidak semua bahasa tulis adalah sastra. Ada pemakaian bahasa lisan dan tulis yang sastra, ada pula yang bukan sastra. Sebaliknya, ada sastra tulis ada pula sastra lisan.
Dalam buku pengantar Teori Sastra (1997: 18-19), Yoseph Yapi Taum menyatakan, sastra merupakan pengetahuan eksistensial mengenai bentuk hidup manusia sehingga mudah dideskripsikan, tetapi tidak mudah didefinisikan. Dalam disiplin ilmu sastra, upaya menjawab pertanyaan tentang apa itu sastra melahirkan sejumlah jawaban. Jawaban-jawaban yang tampaknya masuk akal dan didukung oleh ahli tertentu  akhirnya menjadi inti (core) ilmu sastra. Para ahli sastra yang berbeda pendapat, dapat membentuk teori-teori baru, dan jika didukung dan diterima oleh kalangan tertentu, teori itu dapat menjadi inti dari ilmu sastra.

Rene Wellek dan Austin Warren, dua orang ilmuan sastra yang pandangannya berpengaruh besar dalam dunia teori sastra, dalam buku Teori Kesustraan (1993: 37-46), menjelskan panjang lebar tentang perbedaan antara sastra di satu pihak dan teori sastra, kritik sastra, dan sejarah sastra di pihak lain. Menurut kedua ilmuan sastra ini, sastra adalah suatu kegiatan kreatif,.sederetan karya seni.


sumber :  Yohanes Sehandi. 2014. Mengenal 25 Teori Sastra. Yogyakarta. Penerbit Ombak.

Comments