Chapter one, The origins of language (versi bahasa Indonesia)



Kecurigaan bahwa  para nenek moyang manusia, laki-laki ataupun perempuan, atau keduanya, sebelum mereka mempunnyai kemampuan untuk mengekspresikan rasa kasih sayang antara satu dan yang lain dengan bahasa yang jelas, mereka mencoba untuk saling menarik hati satu sama lain dengan irama dan nada musik tidaklah mustahil.
Darwin (1871)

Menurut pandangan Charles Darwin tentang asal-usul bahasa, manusia permulaan sudah mengembangkan kemampuan bermusik lebih dulu daripada bahasa dan menggunakannya “untuk menarik hati satu sama lain.” Hal ini mungkin tidak cocok dengan gambaran tipikal yang sebagian besar dari kita ketahui tentang nenek moyang kita yang berkarakter kasar menggunakan kulit hewan sebagai pakaian dan tidak terlalu menawan, tapi ini adalah sebuah spekulasi yang menarik tentang bagaimana bahasa dimulai. Hal ini, bagaiamanapun, tetaplah, sebuah spekulasi.

Kita hanya tidak tahu bagaimana bahasa dimulai. Yang kita tahu adalah bahwa kemampuan untuk memproduksi suara dan mengolah vokal (sebuah senandung melawan dengkuran, sebagai contoh) muncul sebagai bagian kuno dari otak yang kita bagi bersama dengan semua vertebrata, termasuk ikan, katak, burung dan mamalia yang lainnya. Tapi itu bukanlah bahasa manusia. Kita mencurigai bahwa beberapa jenis bahasa yang dipercakapkan pasti sudah berkembang diantara tahun 100,000 sampai 50,000 tahun yang lalu, sebelum bahasa tertulis (tentang 5,000 tahun yang lalu). Sekalipun begitu, diantara jejak periode kehidupan di bumi terdahulu, kita tidak pernah menemukan satupun bukti atau artefak yang berhubungan dengan kemampuan berbicara para nenek moyang jauh yang mungkin bisa memberitahukan seperti apa bahasa pada masa-masa awal. Mungkin karena ketiadaan bukti fisik, sehingga spekulasi tentang asal-usul bahasa tidaklah sedikit.


Bersumber dari tuhan

Dalam kepercayaan kitab injil, sebagaimana digambarkan di buku permulaan, Tuhan menciptakan Adam dan “Adam memanggil setiap mahluk hidup apapun itu, yang yang adalah namanya.” Pilihan yang lain, berikut adalah kepercayaan orang Hindu, bahasa datang dari saraswati, istri dari Brahma, sang pencipta alam semesta. Dalam banyak agama, muncul bahasa yang dimiliki manusia berasal dari tuhan. Dalam sebuah usaha menemukan kembali bahasa berasal dari tuhan yang asli, beberapa percobaan telah dilakukan, dengan hasil yang cukup berlawanan. Hipotesis dasarnya sepertinya kelihatan seperti, kalau manusia diijinkan tumbuh tanpa mendengar bahasa apapun disekitar mereka, maka mereka dapat secara spontan mulai menggunakan mengguanakan bahasa asli pemberian Tuhan.

Penulis yunani, Herodotus melaporkan cerita seorang firaun mesir bernama Psammetichus (atau Psamtik) yang mencoba bereksperimen dengan dua bayi yang baru lahir lebih dari 2,500 tahun yang lalu. Setelah dua tahun isolasi tanpa apaun kecuali ditemani kambing-kambing dan pengembala bisu, anak-anak itu dilaporkan telah secara spontan mengucapkan, bukan kata-kata orang mesir, tetapi sesuatu yang diidentifikasi sebagai kata bahasa phyrigian yaitu bekos, yang artinya “roti.” Pharaoh menyimpulkan kalau Phrygian, sebuah bahasa yang lebih tua dipercakapkan dalam bagian modern turki, pasti bahasa aslinya. Yang kelihatan sangat tidak mungkin. Anak-anak itu tidak mungkin memiih kata ini dari sumber manusia manapun, tetapi menurut beberapa komentator, mereka pasti sudah mendengar apa yang diucapkan kambing. (Pertama hapusnakhiran –kos, yang ditambahkan di cerita versi yunani, kemudian lafalkan be- seperti kata bahasa inggris bed tanpa –d di akhir. Bisakah kalian mendengar seekor kambing?

Raja James keempat dari skotlandia melakukan percobaan yang mirip sekitar tahun 1500 dan anak-anak dalam percobaan dilaporkan telah secara spontan mulai berbicara bahasa Hebrew, mengkonfirmasi kepercayaan sang Raja bahwa bahasa Hebrew memang menjadi bahasa taman firdaus. Yang patut disayangkan adalah kasus-kasus yang lain tentang anak-anak yang ditemukan hidup dalam isolasi, tanpa kontak dengan  dengan kemampuan berbicara manusia, cenderung dikonfirmasi tidak memiliki hasil yang seperti dua contoh diatas yaitu berjenis bahasa yang berasal dari tuhan. Anak-anak yang yang waktu awal kehidupannya hidup tanpa akses ke bahasa manusia tumbuh dengan tidak memiliki bahasa apapun. (Kita akan memikirkan kasus seoarang seorang anak yang seperti ini di Bab 12). Jika bahasa manusia memang berasal dari sumber tuhan, kita tidak akan bisa merekonstruksi kembali bahasa asli, terutama mempertimbangkan kejadian yang terjadi di suatu tempat bernama Babel “karena tuhan menggabungkan bahasa yang ada di seluruh bumi.,” sebagaimana yang dijelaskan di buku permulaan di dalam kitab Injil (11:9).

Bersumber dari alam

Pandangan yang cukup berbeda tentang permulaan bahasa berdasarkan pada konsep suara alam. Ide dasarnya adalah kata-kata primtif bisa jadi adalah peniruan suara-suara alam yang didengar manusia permulaan di sekitar mereka. Ketika sebuah objek terbang melintas, membuat suara caw-caw (menggaok), manusia permulaan mencoba meniru suara itu dan menggunakannya untuk menunjuk sesuatu yang yang berhubungan dengan suara tersebut. Dan ketika mahluk terbang yang lain membuat suara coo-coo (suara burung merpati), bahasa alam itu diadopsi untuk merujuk pada jenis objek itu. Fakta bahwa bahasa-bahasa modern memiliki beberapa kata dengan pengucapan yang kelihatannya bergema secara alami bisa digunakan untuk mendukung teori ini. Dalam bahasa inggris, sebagai tambahan untuk suara cuckoo (semacam burung tekukur), kita memiliki splash (cemplungan), bang (letusan), boom (ledakan), rattle (kertak-kertuk), buzz (berdengung), hiss (mendesis), screech (bunyi berciut), dan semacam menyalak. Faktanya, pandangan sejenis ini disebut dengan nama “bow-bow theory” (teori menyalak) asal-usul bahasa.

Sudah ada yang berpendapat juga bahwa suara-suara asli bahasa dapat juga berasal dari tangisan emosi alami seperti perasaan sakit, kemarahan, dan kesenangan. Dengan jalan ini, agaknya, Ouch! memiliki arti perasaan sakit. Tapi Ouch! dan kata seru seperti Ah!, Ooh!, Wow!, Yuck!, biasanya diproduksi dengan tarikan nafas mendadak, yang mana adalah lawan dari percakapan biasa. Kita normalnya memproduksi ucapan pada saat proses pengeluaran nafas. Pada dasarnya, orang ribut yang ekspresif membuat reaksi emosi yang mengandung suara yang tidak digunakan dalam memproduksi percakapan dan hasilnya akan terlihat seperti tidak mungkin menjadi sumber suara suatu bahasa.

Bersumber dari interaksi sosial

Teori yang lain dengan usulan yang menyertakan suara-suara alam sudah diberi nama, dengan sebutan “teori yo-he-yo’. Idenya adalah suara seseorang yang disertakan dalam usaha fisik bisa menjadi sumber bahasa, terutama ketika usaha fisik disertakan beberapa orang dan interaksi harus terkordinasi. Jadi, sebuah kelompok manusia permulaan mungkin mengembangkan seperangkat dengungan, dengkuran dan desahan dan kutukan yang digunakan ketika mereka mengangkat dan membawa sejumlah pohon atau bangkai mamut yang berbulu.

Menariknya usulan ini terletak pada perkembangan bahasa manusia dalam sebuah konteks sosial. Manusia permulaan pastinya hidup dalam kelompok-kelompok, hanya apabila kelompok yang lebih besar menawarkan perlindungan yang lebih baik terhadap suatu serangan. Kelompok-kelompok adalah organisasi sosial yang sangat dibutuhkan, untuk mempertahankan organisasi-organisasi tersebut, sejumlah bentuk komunikasi dibutuhkan, bahkan jika itu hanya berupa dengkuran dan rintihan. Jadi, suara-suara manusia, entah bagaimana dihasilkan, harus memiliki beberapa prinsip dalam penggunaannya dalam kehidupan dan interaksi sosial dalam kelompok-kelompok manusia permulaan. Hal ini adalah sebuah ide penting yang bisa jadi berhubungan kepada penggunaan produksi suara-suara manusia. Entah bagaimana hal itu tidak menjawab pertanyaan kita tentang asal-usul dihasilkannya suara-suara. Kera dan primata yang lain hidup dalam kelompok-kelompok sosial dan menggunakan dengkuran dan panggilan-panggilan sosial, tetapi mereka terlihat tidak mengembangkan kapasitas kemampuan bicara.

Bersumber dari adaptasi fisik

Daripada melihat jenis-jenis suara sebagai sumber kemampuan bicara manusia, kita bisa melihat pada jenis-jenis fisik yang dimiliki manusia, terutama yang berbeda dari mahluk yang lain, yang bisa untuk membantu pembuatan kemampuan bicara. Kita dapat memulai dengan mengobservasi hal itu, pada beberapa masa awal, nenek moyang kita membuat transisi yang sangat signifikan menjadi berpostur berdiri, bergerak dengan dua kaki dan perubahan peran tungkai dan lengan.

Beberapa efek dari perubahan semacam ini dapat terlihat dengan berbedanya fisik antara tulang gorilla dan manusia Neanderthal dari 60,000 tahun yang lalu. Pembangunan kembali jalan vokal  dari Neanderthal berpendapat bahwa beberapa bunyi huruf mati  yang berbeda bisa dimungkinkan. Kita harus menunggu sekitar 35,000 tahun lalu untuk tulang fosil terekonstruksi menyerupai manusia modern. Dalam paham ilmu perkembangan evolusi, ada beberapa ciri-ciri yang sudah terbentuk sempurna dan dapat memiliki berkemampuan berbicara

Gigi, lidah, mulut, laring dan faring

Gigi manusia itu tidak lurus, tidak mirin keluar seperti para kera. Karakteristik yang sangat tidak berguna untuk menyobek makanan dan kelihatannya cocok untuk mengunyah. Juga sangat berguna untuk menghasilkan bunyi seperti F atau U. Bibir manusia memiliki lebih banyak otot dan hasil fleksibilitasnya pastinya membantu dalam pembuatan bunyi seperti p atau b. Mulut manusia relatif kecil dibandingkan primate lain, bisa terbuka dan tertutup dengan rapat, dan tebal dan otot lidah yang bisa digunakan untuk membentuk banyak macam bunyi di dalam rongga mulut. Sebagai tambahan, tidak seperti primate yang lain, manusia bisa menutp jalur pernapasan melalui hidung untunk menciptakan tekanan udara yang lebih di dalam mulut, efek keseluruhan dari perbedaan-perbedaan kecil ini adalah wajah yang berseluk-beluk di bibir dan mulut berkemampuan untuk jangkauan yang lebih luas dan lebih cepat dan lebih pengantar bunyi yang bertenaga dihasilkan perbedaan-perbedaan bentuk ini.

Laring manusia atau kotak suara (berisi lipatan dan kawat vocal) berbeda secara drastis dengan posisi laring dari primate yang lain contohnya monyet. Dalam kajian perkembangan fisik manusia, asumsi sebuah postur berdiri tegak bergerak dan kepala lebih jelas berada di atas tulang belakang dan laring jatuh ke posisi yang lebih rendah. Hal ini menciptakan rongga yang lebih panjang yang disebut kerongkongan, diatas lipatan vocal, yang berperan sebagai resonantor untuk meningkatkan jangkakaun dari kejelasan bunyi yang dihasilkan oleh laring dan jalan vocal. Satu konsekuensi yang disayangkan perkembangan ini adalah posisi laring yang lebih rendah membuat manusia lebih mudah tersedak makanan. Monyet mungkin memang tidak bisa menggunakan laring untuk menciptakan suara-suara kemampuan berbahasa, tapi sebagai gantinya mereka tidak perlu repot tersedak makanan. Secara evousi, pasti ada keuntungan yang besar mendapatkan kekuatan vocal tambahan ini dengan potensi meningkatnya resiko mati karena tersedak.

Bersumber pada pembuatan alat

Dalam pandangan adaptasi fisik, suatu fungsi (menghasilkan bunyi kemampuan berbicara) pastinya telah menaikkan pamor kehadiran perlengkapan anatomi (gigi, bibir) seelumnya digunakan untuk tujuan lain (mengunyah, menghisap). Perkembanganyang serupa juga dipercayai telah mengambil tempat dengan tangan manusia dan beberapa ada yang percaya bahwa gerak tubuh manusia bisa jadi adalah pendahuluan dari bahasa. Sekitar dua juta tahun yang lalu, ada sebuah bukti bahwa manusia telah mengembangkan keistimewaan tangan kanan dan juga sudah bisa membuat alat-alat dari batu. Alat kayu dan komposit kemdian mengikuti. Pembuatan alat atau hasil manipulasi objek dan membahasnya dengan kedua tangan, adalah bukti kerja otak.

Otak manusia tidak hanya relatif besar terhadap tubuh manusia tapi juga menyamping, otak memiliki spesialisasi fungsi dari masing-masing kedua bagian belahan. (detail lebih lanjut di bab 12.) fungsi itu yang mengontrol pergerakan termasuk dalam vokalisasi kompleks (berbicara) dan memanipulasi benda (membuat atau menggunakan alat). sangat dekat antara satu sama lain di belahan kiri otak. Mungkin ada sebuah evolusi koneksi antara kemampuan menggunakan bahasa dan menggunakan alat pada manusia dan keduanya terkait pada perkembangan bicara otak. Kebanyakan usulan spekulatf mengenai asal-usul kemampuan berbicara itu berdasarkan pada suatu pandangan manusia menghasilkan sebuah suara rebut tetang objek yang ada di lingkungan sekitar mereka. Aktifitas ini mungkin memang sebuah masa penting dalam perkembangan bahasa, tapi kurangnya adalah pada struktur pengaturan. Semua bahasa, termasuk bahasa isyarat, membutuhkan pengaturan dan kombinasi suara dan tanda dalam pengaturan yang spesifik. Kita kelihatan sudah mengembangkan suat bagian dari otak kita yang khusus membuat pengaturan ini.

Jika kita berpikir tentang proses yang paling dasar yang terkait pada pembuatan alat primitif, hal itu tidak cukup untuk bisa menggenggam sebuah batu (membuat sebuah suara); manusia juga pasti mampu membawa batu yang lain (suara yang lain) pada kontak yang tepat dengan yang pertama untuk mengembangkan sebuah alat. Dalam hal struktur bahasa, manusia mungkin pertama kali mengembangkan kemampuan menamai dengan menghasilkan suara rebut yang spesifik dan konsisten. (e.g.bEEr) untuk  objek tertentu. Tambahan penting selanjutnya adalah membawa bunyi berisik tertentu yang lain (e.g.gOOd) digabungkan dengan yng pertama menjadi pesan yang kompleks (bEEr gOOd). Beberapa ribu tahun perkembangan kemudian, manusia sudah mengasah kemampuan membangun pesan ini untuk menunjuk dimana, pada hari sabtu, menonton permainan football, mereke bis meminum minuman penopang dan menyatakan This beer is good. Sejauh yang kita ketahui, hewan primate yang lan tidak melakukan ini.

Bersumber dari keturunan

Kita dapat memikirkan bayi manusia pada tahun-tahun pertama hidupnya sebagai contoh berubahnya fisik. Pada waktu lahir, ota bayi hanya seperempat dari total berat badan bayi dan laring berada jauh diatas tenggorokan para bayi, memungkinkan bayi, seperti simpanse, yaitu bernafas dan minum pada saat yang bersamaan. Dalam kurun waktu yang relatif pendek posisi laring turun kebawah, otak berkemang, berpostur tegak dan mulai berbicara dan berjalan.

Perkembangan perlengkapan yang hamper otomatis dan kompleksitas bahasa anak ini telah mengarahkan para pembelajar untuk mencari sesuatu yang lebih luar biasa dari sekedar adaptasi fisik spesies dari waktu ke waktu sebagai sumber bahasa. Bahkan anak-anak yang terlahir tuli (dan tidak mengembangkan kemampuan berbicara) menjadi pengguna bahsa isyarat yang mahir, diberika keadaan yang sesuai, sejak awal kehidupan. Hal ini terlihat ada indikasi bahwa keturunan manusia terlahir dengan kemampuan special berbahasa.  Hal ini adalah bawaan lahir, tidak ada mahluk lain yang kelihatan memiliki hal ini, dan initidak terikat pada satu jenis bahasa. Apakah itu mungkin bahwasanya kemampuan berbahasa secara keturunan terikat pada bayi yang baru lahir?

Sebagai sebuah solusi tentang teka-teki asal-usul bahasa, hipotesis bawaan lahir ini kelihatannya merujuk pada sesuatu dalam genetika manusia, mungkin suatu mutasi yang penting, sebagai sumber. Hal ini bukanlah sesuatu yang berubah secara bertahap, tapi sesuatu yang terjadi agak cepat. Kita tidak yakin kapan usulan perubahaan genetic mungkin telah mengambil tempat atau bagaimana hal ini berhubungan pada adaptasi fisik yang telah dijelaskan sebelumnya. Bagaimanapun, sebagaimana kita mempertimbangkan hipotesis ini, kita menemukan spekulasi kita tentang asal-usul bahasa berpindah dari bukti fosil atau sumber fisik dari dasar bunyi manusia menjadi perumpamaan bagaimana computer bekerja. (e.g sebelum deprogram atau sambungan kabel kawat) dan konsep yang diambil dari bahan pelajaran genetika. Investigasi tentang asal-usul bahasa kemudian berbah menjadi pencarian special tentang “bahasa keturunan” yang hanya dimiliki manusia.

Jika kita memang mahluk satu-satunya dengan kemampuan berbahaa ini, maka akan benar-benar tidak mungkin untuk mahluk yang lain bisa menghasilkan atau mengerti bahasa. Kita akan mencoba menjawab pertanyaan itu di bab 2.


Kelas          : Introduction to linguistic
Dosen        : Dra. Nurprihatina Hasan, M.Hum
Semester   : Pertama
Sumber      : Fotokopi materi ajar


*mohon maaf jika ada kesalahan penerjemahan, penerjemahan bab 2 sedang dalam proses

Comments