Looking for Alaska

Aku baru saja menyelesaikan membaca salah satu novel john green yang lain, looking for alaska. Sebagai kebiasaan, setiap kali aku selesai membaca novel, aku selalu menulis entahlah itu tentang pendapatku mengenai novel atau perasaanku saat membaca novel.

Aku memulai membacanya kemaren malam, setelah magrib, sampai jam menunjukan jam 2 pagi tapi tentu saja dengan jeda ini itu seperti pergi ke kamar mandi atau pergi meminum air putih atau apalah.
Ada yang seru tadi malam, sekitar jam 12 lampu mati dan aku membaca dengan senter, ini salah satu pengalaman baru. Aku teringat dengan beberapa film manusia ataupun kartun yang aku nonton tentang anak-anak yang membaca tengah malam dengan senter, rasanya cukup menyenangkan.

Sebenarnya aku tidak berminat membaca novel ini, berkali-kali rencana membaca dipatahkan begitu saja dengan rasa malas. Tapi setelah aku iseng mulai membaca aku tidak bisa berhenti membaca dan ditambah lagi karena tidak ada hal lain yang bisa aku kerjakan karena adikku yang adalah pemilik sah laptop yang sering aku gunakan menonton film telah menghapus satu folder berisikan banyak drama korea yang sedang dan belum aku nonton *sedihnya luar biasa. Aku sekarang sedang menonton super sentai kakuranger yang merupakan film power ranger versi jepang. Perlu aku ingatkan sekali lagi, tentang kebenaran dibalik semua film power ranger adalah semuanya berasal dari jepang namun kemudian amerika membuat ulang dan lebih terkenal. Kakuranger mungkin menjadi satu-satunya power ranger jepang yang aku tahu karena yang lain aku hanya tahu versi amerika. Tapi aku menontonnya kurang terlalu bersemangat seperti aku menonton gransazer kemaren karena rasanya begitu monoton padahal dulu aku menganggapnya begitu keren dan rela menunggu seminggu untuk akhirnya mengetahui bagaimana episode berikutnya. Dulu aku nontonnya di rumah tetangga, ramai sekali setiap hari minggu bersama teman-teman sekomplek yang lain membuat ruang tv teman yang punya tv menjadi penuh bagaikan menonton konser band terkenal. Hal ini dulunya juga terjadi waktu liburan di subaim alias wasile di halmahera timur yang mayoritas penduduknya adalah orang jawa karena program pemerintah yang disebut transmigrasi. Aku sempat ikut menonton sinetron atau film dendam nyi pelet atau maklampir atau angling dharma di rumah tetangga bersama nenek. Ingatanku tidak sepenuhnya jelas tapi aku yakin tentang hal itu walaupun samar. Terkadang aku merasa kehilangan identitas, aku yang memiliki seratus persen darah jawa tapi tidak mengetahui apapun tentang jawa bahkan tidak mengetahui bahasa jawa. Terus aku yang lahir dan tinggal sejak hari pertama di planet bumi di ternate membuat aku merasa kalau aku orang ternate. Aku bagaikan orang jawa menurut darah tapi orang ternate menurut hati. Oiyah sudahkah aku menceritakan kalau sekarang aku dan teman-teman sekelas sudah mendapatkan sumber film yang terpercaya dan menjadi langganan? Namanya kak marlon, seorang senior di fakultas sekaligus di jurusan karena dia sekarang berada di tahun terakhir di kampus, dia adalah jasa donlot film kami. Entah bagaimana awal mulanya kami mendengar tentang dia dan mulai mendapat kontaknya dan mulai memesan. Kalau untuk power rangers yang kurang lebih 50 episode memakai jarga 100k dan aku rasa agak menyesal karena aku kurang semangat nonton film seharga itu tapi sekarang aku berpikir untuk memesan yang lain tapi takuynya gak semangat lagi. Aku berpikir tentang memesan ultramen gaia atau ultramen cosmos atau film kartun jacky chan yang memiliki kekuatan berbagai binatang dari liontin ajaib. Aku benar-benar bahagia dan tidak menyesal dulu nonton ultramen dan film kartum di tv, rasanya bahagia sekali dan totally worth it* jadi aku seperti kehilangan pekerjaan menonton drama dan mencoba pekerjaan lain yaitu membaca tumpukan koleksi lengkap novel john green yang belum dibaca.

Aku sudah pernah membaca the fault in our stars dengan meminjam punya teman dan paper towns aku baca di hp karena yah selain mempunyai novel dalam bentuk buku yang sayangnya dalam bahasa indonesia karena aku tak bisa menemukan bahasa inggrisnya di gramedia atau mungkin memang tidak ada, aku juga mempunyai versi ebook, dan berbahasa bukan bahasa indonesia, tapi bahasa inggris.

Nanti mungkin aku akan membaca versi versi ebook alias versi bahasa inggrisnya di hp setelah ini. Aku melakukan kebiasaan baru lagi yang lain selain membaca dengan senter, aku menandai kata-kata keren yang aku temukan sepanjang membaca novel ini, ada banyak, aku akan tuliskan juga di postingan ini.

Jadi, secara teknis aku membaca sampai jam 2 pagi kemudian mengambil jeda untuk internetan karena tepat jam dua dini hari adalah waktu dimana paket internet midnightku aktif. Yang aku lakukan adalah mengecek line dan whatsapp dan instagram dan facebook. Aku sudah jarang atau tidak pernah memasang status fesbuk loh, walaupun tidak terlalu benar karena sejauh ini ada satu postingan status di facebook aku di 2016 yaitu aku membagikan status fanpage sasing  unkhair yang diadminkan oleh aku  sendiri dan statusnya tentang kuliah umum tentang literary theories kemaren dengan beberapa foto dan mengetag facebook teman-teman dan bapak ibu dosen yang ikut hadir di kuliah umum kemaren dan juga yang tidak hadir.

Aku mengupload foto buku looking for alaska yang sedang aku baca di instagram dengan caption berupa salah satu kata-kata keren yang sudah aku stabilokan. Oh entah kapan tepatnya aku mulai mengenal john green, aku suka video youtubenya, yang pribadi maupun yang crash course. Aku juga suka tweetnya di twitter atau statusnya di facebook atau tumblrnya.

Cara john green menarasikan novelnya benar-benar terasa ringan sehingga terasa enak dibaca karena tidak terlalu memperdulikan kata-kata wah tapi tidak kekurangan simbol dan makna permainan leluconnya yang khas atau cara penulisannya dalam menerangkan sesuatu dengan selalu menggunakan a. Blabla terus b. Lalala dan c. Nananana. Kalau kamu sudah pernah membaca the fault in our stars dan paper towns maka kalian juga akan menyadari hal ini dan seakan telah menjadi bagian dari cara menulis seorang john green.

Setelah mengupload foto buku di instagram dan merubah-rubah foto profil untuk beberapa kali sampai aku merasa cukup puas dan bicara sendiri "mmm foto ini cukup bagus, aku akan pakai yang ini saja" aku akhirnya berhenti berinstagram dan kemudian mengeblog mengupload beberapa foto aktivitas kemaren atau apalah. Kemudian tidur. Terbangun lagi sekitar jam tujuh karena mendengar teriakan mama untuk sholat subuh tapi aku terbangun sesaat kemudian tertidur lagi dan bangun sekitar jam sembilan lewat atau hampir jam sepuluh dan tapi ternyata kecelakaan serta sepertinya Alaska tidak benar-benar memiliki perasaan kepada Miles.

Baiklah, di bawah ini adalah beberapa kata-kata keren yang aku temukan di dalam novel ini :
-terguncang oleh kesadaran hebat bahwa pertandingan tiada akhir antara kegagalan dan mimpi-mimpinya pada saat itu telah mencapai garis akhir. sisanya hanya kegelapan. sial, dia menghela napas. bagaimana caraku keluar dari labirin ini-
-itulah misterinya ya kan? apakah labirin berarti kematian atau kehidupan? dia berusaha kabur dari apa-dunia, atau akhir dunia? aku menunggunya berbicara lagi, tapi setelah beberapa waktu, jelaslah bahwa ia menginginkan jawaban dariku-
masih banyak banget yang lain sih tapi belum sempat diketik di hp.

Tapi entah kalian sadar atau tidak, baik itu the fault in our stars atau paper towns atau looking for alaska, ketiganya memiliki alur cerita yang begitu bahagia dan dahsyatnya memutar balikan perasaan kita para pembaca namun kemudian kita diharuskan menyaksikan akhir yang tidak bahagia sama sekali seperti Augustus tidak bersama Hazel sampai selesai karena augustus meninggal karena kankernya yang tiba-tiba menjadi sangat parah kemudian Quentin tidak berakhir bersama Margo karena Margo lebih memilih pergi ke new york dan merayakan kebebasannya terus Miles dan Alaska juga tidak bersama karena kematian mengagetkan Alaska yang dicurigai bunuh diri tapi ternyata murni kecelakaan serta sepertinya Alaska tidak benar-benar menyukai Miles, lalu yang jadi pertanyaan sekarang adalah apakah will greyson will greyson dan an abundance of katherines juga akan berakhir sedih kurang lebih seperti tiga cerita ini?

Comments