lapor diri di fakultas

Setelah kemaren melakukan pemberkasan yang memakan banyak energi secara fisik maupun mental karena proses lama yang ngeselin, akhirnya aku balik lagi ke kampus untuk lapor diri ke fakultas.

Waktu itu dibilangnya balik ke kampus tanggal delapan belas atau dua puluh lima. Aku memilih tanggal dua puluh satu sebagai penengah, supaya tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lama juga.

Setelah seminggu tidak mendapat info apapun aku pun sedikit cemas. Dulu kalo umy itu kan ada twitter jadi semua informasi bisa didapat dengan mudah.

Unkhair kelihatan sangat tidak atau belum digital menurut aku. Mulai dari website resmi yang terlihat tidak terlalu menarik dan fan page yang status terakhirnya tahun lalu, twitter, aku sudah search berulang kali tapi nihil.

My wishes for this; Aku harap kedepannya bisa diadakan atau mungkin aku menyumbang suara tentang pentingnya publikasi atau aku ajak teman untuk sadar dan membuat akun unofficial.

Saat cerita ini ditulis perut aku mendadak mules dan aku lari ke toilet karena menyerah pada panggilan alam yang mendesak dan tidak bisa ditunda ini. Saat aku sedang melakukan kegiatan sakral pendefekasian eh ada yang teriak beli, dari tadi aku duduk di teras gak ada yang beli eh ini baru masuk ke dalam sebentar langsung ada pembeli, menyebalkan time, kadang aku berpikir aku ini pembawa sial atau mereka yang suka ngerjain atau takdir kejadian aneh memang nyata.

Jadi kemaren itu aku ke kampus sekitar jam setengah sembilan dan sampai disana kurang lebih jam sembilan. Yang lucu adalah aku sempat tersesat dulu, karena aku yang terbiasa lewat jalan belakang yang ujung jalannya langsung ke kampus gambesi. Kali ini aku mencoba lewat jalan depan karena kalau lewat jalan belakang selalu sepi dan hanya ditemani pepohonan rimbun dan suasana angker mencekam sepanjang jalan.

Seharusnya aku belok kanan saat melihat tanda jalan kampus unkhair, but what can I do tandanya terlalu kecil untuk terlihat aku pun berjalan terus dan akhirnya sadar seharusnya tidak sejauh ini, aku pun balik arah dan berjalan dengan pelan, sukurnya dapat juga, ah dasar aku memang payah, nama jalan yang sering aku lewati saja banyak yang aku tidak tahu namanya apalagi ini.

Singkat kata aku sampai ke kampus dan langsung ke fakultas aku, sastra dan budaya. Aku masuk dan menemukan kantor yang dulu pernah aku masuki masih tertutup rapat atau terkunci. Tingkat kemalasan memang masih cukup tinggi di sekitar sini, malu.

Eh ada orang yang datang ke arahku dan ternyata maba juga, kami pun langsung berkenalan dan berteman, berjalan mengelilingi gedung berlantai tiga itu untuk mencari apakah ada orang. Saat hampir putus asa karena tidak menemukan tanda keberadaan manusia eh ternyata ada satu. Kami pun bertanya dan mendapat informasi bahwa yang harus kami cari adalah kaprodi sasing yang bernama ibu ju dan disuruh menunggu sampai jam sepuluh atau sebelas. Well lumayan lah setidaknya ada kabar dan tidak sepenuhnya buta.

Kami pun bersantai di emper lantai dua. Terlihat ruangan yang ada diberi nama sesuai nama para penyair. Aku tidak terlalu tahu memang tapi kalau untuk khairil anwar sang penulis puisi aku ingim hidup seribu tahun lagi aku masih tahu lah. Pernah belajar di kelas bahasa indonesia dan hanya satu puisi itu saja yang aku tahu tapi katanya beliau itu salah satu penyair yang hebat.

Untung ada hp jadi tidak terlalu bosan. Teman yang baru aku temui ini katanya dia dari luar pulau ternate dan disini dia akan ngekos. Simplenya ternate itu bagaikan pulau jawa yang didatangi para pelajar rantau dari berbagai daerah. Tapi untuk ternate yang merantau datang dari sekitaran maluku utara.

Setidaknya aku tidak sendiri dan dia juga sekaligus teman pertama, kami bertukar nomor, namanya suparjo walau wajahnya tidak jawa sama sekali, tapi aku tak menyuarakan hal ini dan yang ada hanya aku berpikir sendiri kenapa wajahnya bukan jawa tapi namanya jawa, ah mungkin dia hasil pernikahan perpaduan darah pribumi dan jawa tapi dna yang lebih kental bukan jawa atau mungkin juga tidak ah entahlah aku pun kemudian menyerah untuk memikirkan hal itu.

Aku pikir hari ini akan menjadi sama menjengkelkan seperti pemberkasan kemaren. Kebiasan jam karet yang tetap dilestarikan ini sungguh membuat aku gerah bukan main.

Setelah beberapa saat duduk melihat pemandangan sekitar, mengobrol seadanya dan sekali pergi mengecek kantor yang ternyata masih saja tutup aku pun mengajak pergi ke perpustakaan padahal belum tahu dimana tempatnya. Ternyata tidak jauh dan hanya butuh sedikit berjalan kaki.

Saat sampai aku lihat wah gedungnya besar, saat masuk ternyata tempat bukunya hanya seruangan kecil, aku belum bisa bilang pasti tentang hal ini dan hanya bisa kayaknya, nanti aku cari tahu lebih lagi.

Di dalam perpustakan aku menemukan novel a fuadi dan tere liye. Novel a fuadi yang part tiga dari trilogi. Aku sudah baca yang part satu judulnya lima menara terus yang part dua ranah tiga warna. Keduanya aku temukan di perpustakaan kota. Aku cuma belum baca yang part tiga ini, Judulnya merantau.

Mungkin suasana atau mungkin juga mood aku yang lagi kurang bagus. Aku tidak terlalu menikmati membacanya. Jelas aku tidak akan membaca serius sampai selesai disitu. Aku termasuk yang kalau baca novel butuh waktu berhari-hari lamanya.

Beberapa saat kemudian aku mengajak pergi kembali mungkin sudah datang dosen yang kita cari itu. Singkat kata beliau sudah ada, fiuuuhh.

Ternyata teman baru aku itu sudah memberikan bukti pembayaran kemaren dan tinggal ingin mengambil krs. Yang aku tahu dulu waktu di umy krs itu online kan, mungkin disini sistemnya beda atau bagaimana, gak tau ah. Aku buka tas dan map lengkap dan langsung menyerahkan bukti pembayaran yang kemaren. Dalam hati aku bertanya apa cuma ini yang harus dikumpulkan, bagaimana dengan ijasah dan sebagainya, ah mungkin nanti jawabku sendiri untuk pertanyaanku.

Setelah itu aku bertanya tentang ospek. Karena kabar angin yang terlalu banyak aku dengar, mulai dari ospek dihapus, terus ada kakak tingkat yang akan melakukan ospek tidak resmi, dan hari ospek yang berbeda per fakultas.

Kemudian ibu itu menjawab, ospek ada tapi sudah diganti namanya dan hanya dua hari dan itu hanya berupa arahan dan perkenalan nanti tanggal dua puluh delapan dan dua puluh sembilan, tapi selama rentang waktu besok sampai hari h jangan datang dulu ke kampus, datang tanggal dua puluh tujuh saja untuk mencari info lebih lanjut.

Perkataan ibu ju ini semakin memperkuat kabar burung itu. Astagafirullah jangan berprasangka buruk. Astagah. Maaf. Pikirku dalam hati.

Kami tidak langsung pulang tapi dimintai tolong memfotokopi sesuatu dulu. Tak apalah kan anak baru, lumayan ambil hati. Hahaha.

Comments