2 tahun gak selfie



Kalau kamu salah satu dari sedikit orang yang mengikuti aku di media sosial instagram, pasti kamu akan mendapati satu keanehan. Aku tidak mengunggah foto selfie. Unggahan foto di beranda atau pun 15 detik foto atau vidio pembaharuan status. Tahukah kamu, aku sudah kurang lebih dua tahun tidak pernah lagi berswafoto atau mengunggah swafoto. Aku sebenarnya kurang yakin dengan durasi dua tahun itu, bisa saja lebih dari dua tahun atau kurang dari dua tahun, tapi karea aku kurang terlalu paham matematika dan bukan orang yang suka detil, jadi mari kita anggap saja panjang waktu digenapkan dua tahun.
Aku dulunya rajin sekali berswafoto, bagus gak bagus semuanya langsung diunggah. Mundur sedikit lebih jauh lagi, aku rajin banget memperbaharui status waktu awal-awal mengenal media sosial facebook, waktu baru masuk SMA gitu. Melangkah ke bangku kuliah, tetep rajin tapi sudah sedikit masuk akal lah, mengunggah foto kegiatan, walaupun ya tidak jarang juga masih mengunggah yang tidak penting asal senang. Untuk saat ini aku hanya pakai instagram, karena whatsapp tidak aku anggap medsos tapi aplikasi percakapan teks lah.
Terus apa nih sebenarnya alasan aku berhenti berswafoto. Dulunya suka facebook lalu meninggalkan dan pergi ke twitter terus meninggalkan twitter dan berpaling ke instagram. Alasan lain mungkin aku sadar kalau tidak ada yang benar-benar peduli, sesedih atau sebahagia apapun kita di media sosial.
Atau mungkin bisa jadi aku terkena penyakit dari instagram. Aplikasi yang satu ini sungguh berdampak besar pada setiap orang, membuat kita membandingkan diri sendiri dengan diri yang lain, kemudian mengeluh karena kita kurang begini begitu. Ditambah lagi dengan sistem angka-angka yang membutakan, semua orang begitu berlomba untuk menjadi akun paling disukai dan diikuti, muncul prestasi baru, memiliki pengikut ribuan.
Menurut pengamatan aku yang tidak ada apa-apanya ini, ada beberapa bentuk jenis orang berdasarkan akun instagramnya. Yang pertama adalah mereka yang memiliki ribuan pengikut dan sedikit akun yang diikuti, biasanya ditandai dengan pemilik akun yang memiliki paras diatas batas rata-rata, bening berkilau. Jenis kedua adalah yang memiliki jumlah pengikut dan mengikuti yang kurang lebih sama, bisa sama-sama ratusannya atau sama-sama ribuannya, ini tipe paling bijaksana dari semua. Kemudian ada jenis terakhir yang memiliki sedikit pengikut dan banyak sekali daftar akun yang diikuti, biasanya mengikuti selebgram atau selebriti beneran atau akun menarik lain.
Terus apa hubungannya penjelasan panjang sekian banyak ini dengan kaitannya kenapa aku memilih untuk tidak lagi berswafoto selama kurang lebih dua tahun? Hhhhhhhmmmmm. Mungkin aku sudah bosan berswafoto atau mungkin aku tidak punya cukup keberanian untuk berswafoto atau mungkin aku menemukan kalau sebenarnya tidak ada gunanya berswafoto. Aku tidak terlalu tahu kenapa. Dan apakah aku akan kembali berswafoto lagi suatu hari nanti, iya atau tidak atau entahlah.

Comments

  1. AKU tipe kedua. jumlah pengikut dan yg diikuti hampir sama. Bijaksana dong akuh :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. bijaksana banget menurut versi aku yang sok tahu ini ehe

      Delete
  2. Duh, fotonya pornoooooo, Dwi 🙈🙈🙈

    ReplyDelete
    Replies
    1. yaampun gak lah cuma kaki doang ahaha

      Delete
    2. Iya tu kak wkwkwk aurat laki2 dari lutut sampai pusat🙈. Betul juga itu kak, berswa foto gak ada gunanya kecuali utk simpan pribadi. Tapi dasar diri aku masih suka berswafoto ckckck

      Delete
  3. Tipe yg ke 3 wkwk. Yg I ikuti kebanyakan yg funny2 wkwk unfaedah bgt y, buat refreshing otak si hhe.
    Nyimak tulisannya, gmna Y jdi ikut bingung Hehe.. Tapi yg aku rasa nih kyaknya itu faktor U juga sih dlm artian menuju dewasa, aku wktu sma gtu, dikit2 upload foto, makin kesini jadi jarang karena dirasa emg gak penting, dan betul kta Kaka tadi, tidak ada yg benar2 peduli
    Hihi, kepanjangan gak sih, suka curhat da akumah aduh

    ReplyDelete
    Replies
    1. ini komentar terpanjang yuli di blog aku ehehe. gapapa sekalian curhatin aja di kolom komentar. lumayan setuju dengan pendapatnya kalau mungkin ini ada hubungannya dengan faktor U tapi menua tapi mendewasa.

      Delete
  4. kayak temenku, rajin banget berswafoto terus sekarang sudah bosan.

    ReplyDelete
  5. Memang kalau dipikir secara logis untuk sebagian orang tidak ada gunanya berswafoto, kemudian dipublikasikan tapi ini dikembalikan ke pribadi masing2 yg pastinya punya beragam pendapat dan mungkin kepentingan dalam berswafoto 😅

    ReplyDelete
    Replies
    1. salah satu contohnya selebgram yang harus unggah foto setiap hari untuk pengikutnya

      Delete
  6. kalo dimaknai emang unfaedah juga ya angkat media cuma buat membanggakan rupa bkn membanggakan bagaimana kita juara

    ReplyDelete
  7. Aku tim jamaah yang mana yaa?hmm..

    ReplyDelete

Post a Comment