Ulasan Film: Gundala (Jagat Bumi Langit)
Perdana
aku melipir ke bioskop sendirian, biasanya sama temen lah satu, siapapun itu.
Dan sialnya adalah karena ponsel yang hilang bulan lalu, sementara belum gajian
jadi belum bisa beli yang baru, aku harus bengong beberapa saat sebelum nonton
Gundala menunggu pintu studio dibuka. Kemudian bengong lagi setelahnya, lebih
dari setengah jam, untuk menonton film berikutnya setelah Gundala, Ready or
Not, yang akan aku bicarakan di tulisan yang berbeda. Seandainya bareng pacar,
ngayal teros.
Setiap
kali menonton sebuah film, baik sudah atau belum terpapar dengan ulasan orang
lain, aku selalu berusaha untuk mengosongkan kepala sebentar dan menikmati apa
yang ada di depan mata. Untuk satu jam pertama gila banget sih, salut banget
dengan perkenalan tokoh utama yang sedihnya gak nanggung. Kehilangan sosok ayah
yang jadi korban tusuk lari, yak arena pelakunya menusuk kemudian lari. Dan
tidak tahu siapa dan karena apa, tawuran pekerja yang menuntut bos yang
seenaknya, tapi wajah si bos itu tidak kunjung terlihat. Eh, tau gak, ternyata
yang jadi ibunya tokoh utama adalah Marissa Anita. Jurnalis favorit aku sejak bangku
SMA dari mbaknya masih di MetroTV sampai pindah di NetTV. Sudah tahu dia jago
main film dan sudah tahu judul-judul film yang dibintangi, tapi baru lihat
aksinya tadi. Seru banget sih, ya walaupun karakternya ngeselin karena
ninggalin anaknya sendirian di rumah huhuhu.
Nama
karakter utama kita adalah Sancaka, dan jangan berharap akan mendengar kata
Gundala walaupun judul filmnya itu, karena kamu hanya akan dengar sekali dan di
bagian paling akhir saja. Tempat cerita kejadian filmnya jelas banget sih Jakarta,
bahkan ada koran percetakan Jakarta Times, sampai seniat itu loh ya. Tapi kanal
berita di televisi di film ini berdasarkan yang nyata beneran ada. Satu jam
pertama, atau kurang lebih gitu lah, karena aku gak punya ponsel dan gak punya
jam tangan, kira-kira gitu lah ya, ceritain tentang si karakter Sancaka ini.
Menunggu kepulangan ibunya yang tidak pernah kembali sampai kelaparan sampai
lemes sampai akhirnya kabur dari rumah dan kampung, untuk mengadu nasib di
jalanan menjadi anak jalanan yang sungguh keras dan penuh aksi keroyokan. Aku jadi
pengen belajar bela diri mendadak saat nonton film ini, film pahlawan kan
harusnya banyak ajaibnya atau apalah tapi ini tuh kaya beneran kekuatan fisik
gitu, seni bela diri yang bukan cuma khayalan.
Nah,
untuk situasi kota dengan semrawutan penduduknya beserta anggota wakil rakyat
yang dikuasai oleh salah satu penjahat pintar berdasi berwajah mengerikan,
karena kebetulan terbakar waktu kecil, membuat aku sedikit banyak kebingunan.
Iya, sah-sah saja menggambarkan kondisi perpolitikan yang kacau balau, tapi
ampun dah ini kacau banget parah. Kerusuhan bisa jadi kapan saja, depresi
banget. Penjahatnya keren-keren sih, walaupun semuanya masih belum ada yang
ajaib, sayang gampag kalah.
Masuk
akal sih, mereka kalah karena si Gundala pake kekuatan super miliknya. Sampai
sini aku mau bilang kalau aku bingung sama sumber kekuatan si Sancaka. Kalau dari
cuplikan promo film kan kita lihatnya dianya kesamber petir waktu sudah dewasa
kan, tapi di film, baru ketahuan kalau sebenarnya ini anak sudah punya kekuatan
sejak kecil banget. Orang-orang bilang dia kesambar petir, makanya banyak orang
terlempar dan dia sendiri juga dan akhirnya jatuh sakit berhari-hari. Tapi, sebenarnya
petirnya itu ada karena emosi marah yang berasal dari Sancaka. Di pertengahan
film aku berasumsi kalau gaya pertarungan pahlawan kita ini kayak ponsel yang
butuh diisi daya dulu, disamber petir. Tapi, di adegan paling terakhir aku
akhirnya berubah pikiran, dia sama sekali tidak meminjam kekuatan petir,
melainkan da mengendalikan petir atau bahkan memanggil petir atau
menciptakannya, ah entahlah.
Tidak
semua orang yang pergi ke bioskop punya pengalaman bersentuhan dengan karakter
ini di komik, termasuk saya, jadi sepertinya butuh banget deh untuk menjelaskan
dengan terperinci bagaimana sebenarnya kekuatan pahlawan pertama kita di Jagat Bumi
Langit. Lagipula, bukannya demikian fungsi dari film solo, menceritakan asal
usul si karakter sampai akhirnya kita paham siapa dia sebenarnya. Berpikir
positif, mungkin semuanya disimpan dulu untuk ditampilkan d film berikutnya.
Tapi, masa sih? Penjahat yang dihidupkan kembali dari masa lalu saja tujuannya
hanya satu yaitu untuk mengalahkan Gundala, semua orang tidak tahu siapa
sebenarnya Gundala termasuk Gundala sendiri, kecuali ya si penjahat yang bagian
paling terkakhir film itu. Wajah karakter Sri Asih yang diperankan Pevita kok
aku lihatnya agak kurang jelas ya. Apa karena dandanannya yang mengubah
wajahnya atau mata minus aja.
Terus politisi
yang banyak mati mendadak itu gila sih, seakan mengesahkan sadisnya pemimpin
penjahat. Tapi, kan pemimpin penjahat yang bengis sadis tanpa ampun itu mati di
akhir film, bahkan matinya di tangan politisi bermata dua itu, yang kadang baik
dan kadang buruk, politikus banget lah. Secara keseluruhan filmnya agak gelap
sih, dari segi warna sinematografi maupun ceritanya. Kalau mau bandingin kayak
film Hollywood, jelas banget ini berkiblatnya bukan ke Marvel tapi ke DC yang
serem.
Eh, plot
twist di akhirnya aku suka banget. Gak nyangka banget. Tapi cara penyelesaian
konfliknya juga tidak kalah ciamik, jenius banget, karena dia gak mungkin
sampai di tempat yang jauh dengan cepat, maka yang dilakukan adalah
menghancurkan semuanya dari jarak jauh, ini gila sih cerdas banget idenya.
Namun, kita semua harus bersabar karena tidak diberikan informasi yang jelas
tentang siapa dan bagaimana sumber kekuatan Gundala sebenarnya. Katanya film
akan berbeda dengan komik, jadi walaupun kita cari tahu informasi di internet
tentang komiknya, kurang tahu apa itu bisa membantu. Tapi, sepertinya seru sih
menunggu nanti semuanya terungkap di film-film berikutnya nanti gimana. Untuk penilaian
aku kasih Timbul Tanya/10. Bagus tapi mikir, bingung dengan sumber kekuatannya.
Comments
Post a Comment