dongeng dong: matahari
Tidak
pernah selalu biru. Dulunya setiap hari adalah malam, bahkan kata pagi atau
siang atau sore belum pernah terpikirkan. Kondisi bumi pun begitu gelap dan
dingin. Jangan coba tanya sesuatu seperti matahari terbit dan tenggelam, karena
matahari saja tidak pernah dikenal, karena belum ada. Langit tidak pernah
berwarna biru terang seperti sekarang ini.
Dulunya
bulan bisa menghasilkan cahayanya sendiri, dengan perlahan mengitari bumi,
memberikan cahayanya yang terbatas itu, memberikan kesempatan tumbuhan untuk
berfotosintesis dengan cahaya bulan yang seadanya. Tidak heran tumbuhan yang
ada begitu kerdil menggemaskan, tidak pernah ada pohon terlalu tinggi atau buah
yang terlalu besar. Semua imut-imut.
“Ayahmu
sebentar lagi akan pensiun dari tugasnya menjadi sumber cahaya bulan,
selanjutnya kamu harus menggantikan” suara merdu dari ruang tamu membahana
menembus kamar gelap yang perlahan mulai terang tapi kemudian redup kembali
“Sebentar
maksud Ibu itu 100 tahun lagi, kan?” sahut suara serak basah, sosok pemuda yang
sedang belajar bercahaya.
Setiap keluarga
dewa-dewi cahaya memang ditugaskan untuk menerangkan setiap planet di seluruh
alam semesta. Sebelum melakukannya, mereka harus terlebih dahulu menikah, dan
memiliki keturunan untuk melanjutkan tugas mulia itu. Jadi, setiap penerus akan
hanya dibesarkan oleh si ibu sampai tiba waktunya melanjutkan tugas keluarga
turun-temurun itu. Tugas menjadi sumber cahaya bulan akan dilakukan selama 1000
tahun, barulah dibebastugaskan dan diambil alih oleh penerus.
“Matahari,
kamu harus serius latihannya. Ibu tahu kamu bisa, 300 tahun lalu cahaya latihan
kamu terang sekali, ayah bahkan berencana untuk pension dini, tapi kamu kan
harus menikah dulu, dan kamu belum kunjung memilih dewi-dewi cahaya yang sudah
ibu persiapkan untuk kamu. Masalah kamu apa, nak?”
Tanpa sepengetahuan
sang ibu, Matahari sebenarnya ingin menikahi seorang wanita manusia di planet
bumi, yang selalu ia diam-diam perhatikan. Wanita itu sering sekali tersandung
atau terjatuh, penglihatannya buruk, cahaya bulan terkadang tidak cukup untuk
membuat dirinya bisa melihat dengan baik. Tidak jarang, matahari sering
mengirimkan cahaya khusus untuknya, membuat daerah sekitar wanita itu berjalan
mendadak lebih terang dari daerah lain di permukan bumi. Bahkan, tanaman wanita
itu terkenal lebih besar, buahnya lebih banyak dan segar dengan ukuran yang
juga tidak biasanya.
“Tidak
bisakah aku menikahi wanita manusia?” Matahari menyeletuk kepada sang ibu,
berharap jawaban yang jelas-jelas tidak mungkin ia dapatkan dari mulut ibunya
yang taat aturan
“Kamu
masih memikirkannya, nak? Kalau semuanya terserah ibu, pasti ibu tidak akan
membiarkan ayahmu pergi menjadi sumber cahaya bulan selama seribu tahun
lamanya. Membiarkan kamu lahir dan besar tanpa sekalipun melihat wajah ayahmu. Meninggalkan
ibu sesaat setelah prosesi pernikahan berlangsung dan ibu mengandung kamu satu
bulan kandungan”
Matahari
hanya duduk terdiam. Cahaya dirinya semakin redup.
“Kamu
tahu tugas kita kan, tugas kita adalah memberikan cahaya kepada planet yang
bernama bumi ini, hal yang wajib. Kalau kamu tidak menikahi salah satu dewi
cahaya, kamu tidak memiliki keturunan cahaya, kamu tidak akan memiliki penerus,
kemudian saat masa bakti 1000 tahunmu selesai, dan tidak ada yang menggantikan,
kemudian kamu tidak bisa bercahaya lagi, terus planet ini akan gelap dan dingin
tanpa cahaya bulan”
Cahaya yang
keluar dari tubuhnya kini benar-benar sudah tidak kelihatan sama sekali. Setitik
cahaya meluncur turun di pipinya. Ia kemudian berdiri dan melangkah pergi,
mengunjungi wanita manusia yang ia idam-idamkan itu. Memperhatikan dari jauh.
Namun perasaannya terlampau sedih, ia tidak bisa memberi cahaya untuk wanita manusia
sehingga wanita itu terjatuh.
Dengan
gerak cepat ia berjalan mendekat dan menolong wanita manusia yang jatuh
tersandung batu karena penglihatannya yang buruk itu, tangan mereka
bersentuhan, dan seketika cahaya keluar dari tubuhnya, cahaya paling terang
yang pernah ia pancarkan, cahaya sekilas itu begitu terang, bahkan mampu
memperbaiki pandangan wanita manusia itu menjadi lebih baik.
“Kamu
tidak apa-apa?” tanya Matahari dengan wajah khawatir
“Sudah biasa
tersandung. Ehehe” jawab wanita manusia itu
Hari itu
juga, Matahari menggenapkan perasaannya, ia tidak kembali pulang, ia sudah
memutuskan untuk memadu kasih bersama wanita manusia pilihannya. Seratus tahun
pun berlalu dan mereka sudah dikaruniai seratus anak setengah dewa-dewi cahaya
dan setengah manusia. Sesuai janji, kesepakatan yang ada, dirinya harus
meneruskan menjadi sumber cahaya bulan karena ayahnya yang sudah harus pensiun dari
posisi tersebut.
Betapa kagetnya
ibu dari Matahari saat mengetahui anaknya tetap tidak menikahi salah satu dewi
cahaya dan memiliki keturunan dewa-dewi cahaya sebagai penerusnya kemudian.
Dengan tenang matahari mejawab mantap “Jangan khawatir lagi ibu, Matahari sudah
punya jawaban dari masalah ini. Matahari tidak akan menjadi sumber cahaya bulan
selama 1000 tahun, Matahari akan menukarkan keabadian dengan menjadi sumber
cahaya yang bahkan jauh lebih terang dari bulan.”
Matahari
pun kemudian menjemput ayahnya dari bulan, membuat bulan untuk sementara tidak
bercahaya, membuat bumi gelap sempurna. Setelah pamit dengan istri dan
anak-anaknya, juga kepada ayah dan ibunya, Matahari pun terbang. Jauh dan
tinggi sekali, kemudian menjelma bola cahaya yang besar sekali, yang tidak
hanya menerangi planet bumi, tapi juga planet-planet yang lain yang ada di
sekitarnya. Bulan pun mendadak ikut bercahaya karena memantulkan cahayanya.
“Matahariku”
wanita manusia yang sudah tua namun tetap cantik itu perlahan berbisik sambil
memeluk anak-anaknya
“Matahari
kita” ibu dari Matahari melanjutkan seakan mengiyakan apa yang baru saja
dikatakan oleh wanita manusia
Anak-anak
dari pernikahan Matahari dan wanita manusia perlahan mengeluarkan warna-warni
dari tubuh mereka. Dengan perlahan apapun yang ada di sekitar mereka ikut
berwarna. Mereka kemudian berkeliling planet bumi untuk membagikan warna dan
membuat planet bumi tidak lagi hanya hitam pekat. Gunung menjadi hijau. Langit menjadi
biru. Hewan-hewan juga terkena efeknya. Apapaun yang dilewati, disentuh,
terdampak. Setelah seluruh permukaan bumi berwarna, anak-anak itu pun
kehilangan sedikit cahaya dan warna yang sudah dibagi habis.
Huwoooo... Dongeng yang emejing, Kak.. ini masuknya fabel kah?
ReplyDeleteterima kasih. apa itu fabel kak?
DeleteFabel tuh, cerita dengan tokoh binatang dan mengandung pesan moral, Kak . Nah, kalau ini termasuk kemana ya, Kak? 😃
Deleteaku juga bingung ahaha pokoknya nulis aja
DeleteCeritanya bikin senyum-senyum sendiri.
ReplyDeleteiya kah? baru belajar nih mohon bimbingannya
DeleteHwaa.. cinta mereka melahirkan cahaya yang begitu luar biasa
ReplyDeleteuuc. ujung-ujungnya cinta ehehe.
DeleteKeren... imajinasinya,
ReplyDeleteKata Pension harusnya Pensiun ya... :)
iya salah ketik. baca pension langsung bikin ngayal emak-emak lagi ngedumel ya ahaha.
DeleteImajimasinya keren,.ini apa seperti fabel yaa ? dengan tokoh Tata Surya
Deletesebenernya karakternya dewa dewi dan manusia kak ehehe
DeleteEpik banget
ReplyDeletewaduh terima kasih
DeleteImajinasinya keren sampai mengangkasa...
ReplyDeletekekuatan menghayal menghalu ehe
DeleteImajinasinya mantap jiwa...karakter dan penyampaian ceritanya juga asyik..
ReplyDeleteterima kasih jiwaa
Deleteaku iri liat orang orang buat cerita anak
ReplyDeleteaku baru belajar kak
DeleteKenapa keren bgt sihhh ceritanya, sukak 😍😍
ReplyDeletememujinya berlebihan kak. jadi enak nih.
Delete