May 24th 2017
Aku memutuskan gak masuk kuliah pagi itu. Yah memang gak ada dosen pagi itu karena katanya lagi ke luar kota gitu. Tapi aku juga gak masuk kelas siang, bukan karena aku sakit, bukan karena aku males. Tapi karena ada hal lain yang harus aku lakukan. Hari ini aku janjian sama anak-anak les aku yang di SD 5 kalau aku bakalan kasih ujian level 1 hari ini. Seharusnya hari minggu sih, tapi karena mereka maunya libur selama bulan puasa dan hari minggu sudah puasa makanya kita majukan ujiannya menjadi hari ini.
.............................................................................................................................
jangan terlalu serius karena ini hanya opini tapi kalau mau serius yah silahkan
..............................................................................................................................
Keyakinan
Beragama dan Keyakinan Bernegara
Aku
tahu aku bukan pakar ilmu politik ataupun seorang mahluk suci yang selalu taat
beribadah karena aku hanyalah aku dan aku hanya ingin menuliskan keresahan yang
sekiranya dapat mengurang setelah dituliskan. Seperti yang kita bersama ketahui
bahwa akhir-akhir ini, sekali lagi Indonesia telah berhasil terbelah menjadi
dua. Tidak, kita sedang tidak berada di tengah pemilihan umum presiden, karena
masih belum waktunya. Kita sedang berada di tengah-tengah pilkada di salah satu
tempat di Indonesia, tempat yang begitu istimewah, tapi bukan jogja, ternyata
bukan hanya jogja yang istimewah yah. Kota Jakarta sebagai ibukota negara,
tempat dengan tingkat peradaban paling tinggi dibandingkan berbagi daerah di
negeri tercinta ini. Tempatnya istimewah, pilkadanya juga istimewah. Yang ikut
memberikan hak suara dalam pemilihan gubernur memang hanya rakyat Jakarta tapi
kok malah yang ikut sibuk se-Indonesia Raya? Sebelum kalian mulai memikirkan
kalau aku mendukung yang ini atau yang itu, aku mau bilang duluan, kalau aku
sebagai debater telah biasa dilatih untuk melihat segala bentuk fenomena dengan
dua mata terbuka lebar, yang artinya menjadi pihak yang tidak berat sebelah.
Akan tetapi aku juga gak bisa bohong, aku mendukung salah satunya. Mari kita
hentikan pengantar yang tampaknya terlalu panjang ini dan segera menyelami
lautan perdebatan tiada akhir yang meneggelamkan kita semua ini. Perdebataan
yang sudah terlalu melebar dan mendalam ini seolah tidak akan pernah lagi
mendapati kesempatan untuk menemukan ujung jalan menuju taman perdamaian. Mari
kita mulai dari kabar yang paling baru saja. Ahok sudah masuk penjara dan juga
sudah memutuskan untuk tidak mengajukan banding dengan alasan untuk
mengehentikan perdebatan yang berkelanjutan. Aku seorang muslim yah walapun aku
belum bisa menyebut diriku suci. Tidak seperti mereka yang begitu bersemangat
melakukan aksi damai di Jakarta yang bahkan bukan hanya sekali tapi entah
berapa kali karena aku sudah malas menghitung jumlahnya karena saking
banyaknya. Aku kenal orang yang mirip ahok yang suka ngomong kasar tapi demi
kebaikan, namanya Mama, dan sepertinya di setiap rumah juga ada jadi kayaknya
kita masing-masing mengenal satu orang itu. Atau ada satu orang lain lagi yang
gak ada di rumh tapi adanya di kampus, namanya dosen killer. Yang lain lagi?
Silahkan sebut sendiri lah. Kalau masih di sekolah mungkin kalian menyebutnya
guru killer. Yah terus cari orang lainnya. Terserah kalian. Mereka mungkin
kasar dan kita membenci mereka tapi disaat yang bersamaan juga kita tidak serta
merta mengharapkan sesuatu hal buruk terjadi pada mereka karena kita tahu
maksud mereka baik tapi dengan penyampaian yang agak, yah, lumayan kasar.
Manusia memang banyak macamnya, ada yang di luarnya baik tapi dalamnya busuk, atau
sebaliknya. Ada satu tulisan yang terkenal yang judulnya warisan yang
penulisnya masih muda dan yang akunnya diblokir oleh pihak facebook karena
mendapatkan banyak laporan para pengguna facebook yang tidak menyukai tulisan
itu. Tidak lama setelahnya ada tulisan lain yang seolah merupakan balasan untuk
tulisan warisan. Tulisannya begitu meyakinkan kalau tulisan warisan itu salah.
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, tulisan manakah yang akan kita
percayai? Apakah penganut kepercayaan bahwa api itu panas akan serta merta
mempercayai kepercayaan para penganut api itu dingin? Atau sebaliknya. Eh,
tunggu dulu, api dingin dan api panas kayaknya perumpamaan yang terlalu
berlebihan deh. Bagaimana dengan penganut bumi bulat dan bumi datar? Sebagai
penganut kepercayaan bumi bulat sudah pasti kita tidak mudah goyah setelah
mendengar para penganut bumi datar mempresentasikan berbagai bukti bahwa bumi
itu datar. Karena kita mempercayai apa yang sudah kita percayai terlebih
dahulu. Mari kita mempercayai apa yang kita percayai masing-masing tanpa harus
membombardir kepercayaan orang lain. Aduh, mulai pusing nih, mengetik kata-kata
kayak beginian. Mari menarik nafas panjang tapi jangan lupa dihembuskn lagi,
setelah itu kita lanjut lagi… Nah, gimana? Udah mendingan? Hal lainnya yang
harus kita obrolkan adalah tentang isu diskriminasi ras dan pelabelan golongan tertentu.
Pakai contoh apa yah? Bingung nih. Contohnya, kalau politisi gak mungkin bersih
dan jago bohong, apalagi saat kampanye. Tapi sebenernya tidak semua politisi
seperti itu. Apa lagi? Orang manado itu ceweknya seksi-seksi dan hobi
menggunakan pakaian dengan bahan kain terbatas karena banyak bagian tubuh yang
gak sempat tertutupi. Orang cina itu pelit karena mereka kerjaannya mencari
uang terus. Padahal tidak semuanya seperti itu. Ada juga yang mengatakan kalau
ahok adalah korban politik dan sudah banyak korban politik lainnya yang
dipercaya oleh sebagian orang sebagai orang jahat dan sebagian orang lain lagi
orang baik yang kebetulan memiliki naib sial. Ada yang dengan suka rela
mengikuti sidang dan ada yang kabur dari ruang persidangan. Aku tidak perlu
menyebut siapa kan? Kekhawatiran yang aku takutkan adalah bagaimana kalau
negara ini akan hancur hanya dengan perbedaan yang jelas-jelas tidak bisa
disamakan perbedaan memang tidak seharusnya disatukan untuk mendapatkan satu
persetujuan bersama melainkan perbedaan ada untuk dihargai. Hanya karena kita
yakin hal yang kita percaya adalah benar bukan berarti kita memiliki hak untuk
membuat orang lain percaya kalau yang orang lain percaya adalah salah. Sudah
dulu deh, gak tahu mau tulis apa lagi.
Comments
Post a Comment