May 24th 2017


Aku memutuskan gak masuk kuliah pagi itu. Yah memang gak ada dosen pagi itu karena katanya lagi ke luar kota gitu. Tapi aku juga gak masuk kelas siang, bukan karena aku sakit, bukan karena aku males. Tapi karena ada hal lain yang harus aku lakukan. Hari ini aku janjian sama anak-anak les aku yang di SD 5 kalau aku bakalan kasih ujian level 1 hari ini. Seharusnya hari minggu sih, tapi karena mereka maunya libur selama bulan puasa dan hari minggu sudah puasa makanya kita majukan ujiannya menjadi hari ini.
Maunya di taman nukila saja kayak kemaren aku kasih ujian sama anak-anak SD 8 tapi karena sore itu agak mendung dan gerimis terus maka lebih baik mencegah daripada mengobati,-lebih baik cari tempat berteduh lebih dulu daripada nanti basah-basahan kalau sudah turun hujan, maka kami memutuskan untuk bergeser sedikit ke utara, ke mesjid raya al munawar, mesjid terbesar dan termegah yang ada di ternate. Aku kira ujiannya akan berjalan sebentar saja tapi ternyata harus sampai jam 6 sore gituh. Aku jadi merasa sedikit, lumayan, banyak, rasa bersalah terhadap anak-anak dan orang tua mereka yang ikut menunggu. Mesjid memang bisa digunaan secara umum dan sukurnya ada lantai dua yang tidak terlalu sering dipakai banyak orang, yah walaupun kondisi mesjid sore itu memang tidak terlalu ramai sih. Yang aku khawatirkan adalah, aku takutnya, ada diantara mereka yang agama lain selain islam, tapi selama les kita berdoa terus sebelum dan sesudah belajar dan semuanya berdoa kok jadi kayaknya aku bisa lumayan yakin kalau semuanya islam. Ngomongin tentang islam, aku jadi pengen bikin tulisan tentang keresahan aku akhir-akhir ini, sebenarnya niat untuk menulis dengan tema spesifik yang bikin aku agak pusing ini sudah ada sejak dulu tapi mungkin aku lupa. Bukan, bukan tentang menyambut bulan Ramadan yang tinggal satu atau dua atau tiga hari lagi karena belum pengumuman sidang penentuan satu Ramadan di televise-yang sebenarnya aku agak sedih dengan pengadaan sidang yang tidak memikirkan nasib kita sebagai warga negara yang tinggal di bagian timur karena memiliki waktu yang lebih cepat dua jam. Seharusnya sidang yang disiarkan di televisi setiap tahunnya itu bisa dilakukan lebih cepat dan agak sorean karena kita yang ada di timur setiap tahunnya selalu kebingungan apakah sudah harus tarawehan atau belum atau apa yang harus dilakukan atau gimana. Beberapa hari terakhir ini, aku mimpiin kamu terus. Aku tahu kalau kamu gak peduli. Dan aku tahu seharusnya aku sudah berhenti. Tapi. Mimpi kali ini agak berbeda dan gak kayak biasanya. Biasanya aku hanya melihat kamu dari jauh atau dekat tanpa bisa saling bertukar sapa atau apapun. Mimpi kali ini kita beneran ngobrol tapi aku lupa kita ngobrolin apa dan mimpinya teramat singkat. Aku pasang story instagram yang lumayan alay dan bikin malu, diawali dengan foto kaki, dilanjutkn dengan potongan-potongan lagu yang sedang diputar, gak sedih semua sih, ada yang bahagia juga, dan diakhiri dengan selfie dengan filter menggunakan kacamata hitam. Aku gak lagi menulis kata kata sedih gimana gitu di story karena kamu pernah bilang kalau kamu gak suka aku kayak gitu. Jadi sekarang aku hanya menggunakan musik yang sedang didengar sebagai medium berekspresi. Aku tahu betapa memalukannya hal itu, tapi aku gak punya pilihan lain, aku teramat mendadak sedih tadi malam. Dan aku akan merasa sedikit lebih baik setelah berekspresi melalui apapun itu. Sudah hampir dua bulan ini aku gak komunikasi lagi sama kamu, di dunia nyata ataupun lewat sosial media. Aku hanya berani bicara ketika ada banyak orang lain atau di dalam grup chatting. Aku tahu, aku sudah janji kalau aku akan menyerah, kalau aku akan mencoba menyerah. Aku masih berusaha.

.............................................................................................................................
jangan terlalu serius karena ini hanya opini tapi kalau mau serius yah silahkan
..............................................................................................................................

Keyakinan Beragama dan Keyakinan Bernegara

Aku tahu aku bukan pakar ilmu politik ataupun seorang mahluk suci yang selalu taat beribadah karena aku hanyalah aku dan aku hanya ingin menuliskan keresahan yang sekiranya dapat mengurang setelah dituliskan. Seperti yang kita bersama ketahui bahwa akhir-akhir ini, sekali lagi Indonesia telah berhasil terbelah menjadi dua. Tidak, kita sedang tidak berada di tengah pemilihan umum presiden, karena masih belum waktunya. Kita sedang berada di tengah-tengah pilkada di salah satu tempat di Indonesia, tempat yang begitu istimewah, tapi bukan jogja, ternyata bukan hanya jogja yang istimewah yah. Kota Jakarta sebagai ibukota negara, tempat dengan tingkat peradaban paling tinggi dibandingkan berbagi daerah di negeri tercinta ini. Tempatnya istimewah, pilkadanya juga istimewah. Yang ikut memberikan hak suara dalam pemilihan gubernur memang hanya rakyat Jakarta tapi kok malah yang ikut sibuk se-Indonesia Raya? Sebelum kalian mulai memikirkan kalau aku mendukung yang ini atau yang itu, aku mau bilang duluan, kalau aku sebagai debater telah biasa dilatih untuk melihat segala bentuk fenomena dengan dua mata terbuka lebar, yang artinya menjadi pihak yang tidak berat sebelah. Akan tetapi aku juga gak bisa bohong, aku mendukung salah satunya. Mari kita hentikan pengantar yang tampaknya terlalu panjang ini dan segera menyelami lautan perdebatan tiada akhir yang meneggelamkan kita semua ini. Perdebataan yang sudah terlalu melebar dan mendalam ini seolah tidak akan pernah lagi mendapati kesempatan untuk menemukan ujung jalan menuju taman perdamaian. Mari kita mulai dari kabar yang paling baru saja. Ahok sudah masuk penjara dan juga sudah memutuskan untuk tidak mengajukan banding dengan alasan untuk mengehentikan perdebatan yang berkelanjutan. Aku seorang muslim yah walapun aku belum bisa menyebut diriku suci. Tidak seperti mereka yang begitu bersemangat melakukan aksi damai di Jakarta yang bahkan bukan hanya sekali tapi entah berapa kali karena aku sudah malas menghitung jumlahnya karena saking banyaknya. Aku kenal orang yang mirip ahok yang suka ngomong kasar tapi demi kebaikan, namanya Mama, dan sepertinya di setiap rumah juga ada jadi kayaknya kita masing-masing mengenal satu orang itu. Atau ada satu orang lain lagi yang gak ada di rumh tapi adanya di kampus, namanya dosen killer. Yang lain lagi? Silahkan sebut sendiri lah. Kalau masih di sekolah mungkin kalian menyebutnya guru killer. Yah terus cari orang lainnya. Terserah kalian. Mereka mungkin kasar dan kita membenci mereka tapi disaat yang bersamaan juga kita tidak serta merta mengharapkan sesuatu hal buruk terjadi pada mereka karena kita tahu maksud mereka baik tapi dengan penyampaian yang agak, yah, lumayan kasar. Manusia memang banyak macamnya, ada yang di luarnya baik tapi dalamnya busuk, atau sebaliknya. Ada satu tulisan yang terkenal yang judulnya warisan yang penulisnya masih muda dan yang akunnya diblokir oleh pihak facebook karena mendapatkan banyak laporan para pengguna facebook yang tidak menyukai tulisan itu. Tidak lama setelahnya ada tulisan lain yang seolah merupakan balasan untuk tulisan warisan. Tulisannya begitu meyakinkan kalau tulisan warisan itu salah. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, tulisan manakah yang akan kita percayai? Apakah penganut kepercayaan bahwa api itu panas akan serta merta mempercayai kepercayaan para penganut api itu dingin? Atau sebaliknya. Eh, tunggu dulu, api dingin dan api panas kayaknya perumpamaan yang terlalu berlebihan deh. Bagaimana dengan penganut bumi bulat dan bumi datar? Sebagai penganut kepercayaan bumi bulat sudah pasti kita tidak mudah goyah setelah mendengar para penganut bumi datar mempresentasikan berbagai bukti bahwa bumi itu datar. Karena kita mempercayai apa yang sudah kita percayai terlebih dahulu. Mari kita mempercayai apa yang kita percayai masing-masing tanpa harus membombardir kepercayaan orang lain. Aduh, mulai pusing nih, mengetik kata-kata kayak beginian. Mari menarik nafas panjang tapi jangan lupa dihembuskn lagi, setelah itu kita lanjut lagi… Nah, gimana? Udah mendingan? Hal lainnya yang harus kita obrolkan adalah tentang isu diskriminasi ras dan pelabelan golongan tertentu. Pakai contoh apa yah? Bingung nih. Contohnya, kalau politisi gak mungkin bersih dan jago bohong, apalagi saat kampanye. Tapi sebenernya tidak semua politisi seperti itu. Apa lagi? Orang manado itu ceweknya seksi-seksi dan hobi menggunakan pakaian dengan bahan kain terbatas karena banyak bagian tubuh yang gak sempat tertutupi. Orang cina itu pelit karena mereka kerjaannya mencari uang terus. Padahal tidak semuanya seperti itu. Ada juga yang mengatakan kalau ahok adalah korban politik dan sudah banyak korban politik lainnya yang dipercaya oleh sebagian orang sebagai orang jahat dan sebagian orang lain lagi orang baik yang kebetulan memiliki naib sial. Ada yang dengan suka rela mengikuti sidang dan ada yang kabur dari ruang persidangan. Aku tidak perlu menyebut siapa kan? Kekhawatiran yang aku takutkan adalah bagaimana kalau negara ini akan hancur hanya dengan perbedaan yang jelas-jelas tidak bisa disamakan perbedaan memang tidak seharusnya disatukan untuk mendapatkan satu persetujuan bersama melainkan perbedaan ada untuk dihargai. Hanya karena kita yakin hal yang kita percaya adalah benar bukan berarti kita memiliki hak untuk membuat orang lain percaya kalau yang orang lain percaya adalah salah. Sudah dulu deh, gak tahu mau tulis apa lagi.

Comments