Panggilan Negara: Kerja Bakti Lingkungan



Sebagian mungkin menganggap apa yang ingin aku bahas sebagai sesuatu yang remeh, kerja bakti, apa spesialnya aktivitas tersebut atau semacamnya. Tapi, aku melihat dan menyikapinya dengan begitu berbeda, lingkungan kami sebagaimana lingkungan perkotaan, tidak terlalu saling memiliki koneksi antar warga. Ya, kalau rumah bersebelahan kanan kiri, mungkin iya. Tapi ada banyak sekali rumah dan tidak semua rumah saling terkoneksi satu dan yang lain.
Aku yang sudah dari hari sebelumnya membuat janji dengan teman untuk melakukan sesuatu pada pagi hari minggu, akhirnya dengan berat hati membatalkan, tidak batal sih, menundanya. Aku jujur bilang saja, negara sedang memanggil dan aku harus menjawab. Iya, kami dipanggil negara, surat kerja bakti secara resmi dikeluarkan oleh kantor kelurahan, yang artinya juga adalah sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah pusat kan.
Cukup melelahkan dan lama. Sempat khawatir kalau permukaan kulit aku akan terbuka, terluka maksudnya, tapi ternyata tidak. Rumput-rumput yang tidak semuanya halus itu, sesekali memberikan sensasi memegang permukaan duri. Sesekali aku sempatkan mengambil vidio dan akhirnya menggabungkan dan unggah. Ya, pasti banyak yang akan bilang ini tidak penting, tapi aku tidak peduli, menurut aku ini adalah hal penting.
Kami akhirya bersatu dan bekerja sama melakukan sesuatu, saling berkomunikasi. Ibu-ibu kompleks memang memiliki arisan dan pengajian rutin, walau jarang ada yang banyak hadir. Namun, kalau boleh jujur, kebanyakan dari kami berkomunikasi hanya secukupnya. Masing-masing disibukkan dengan urusan masing-masing setiap hari. Hal ini memang bukan hal buruk untuk paham individualism. Memikirkan masalah sendri adalah jauh lebih baik daripada sok peduli padahal hanya penasaran.
Selesainya aktivitas kerja bakti, aku pun bersegera untuk membersihkan tubuh dan pergi ke rumah teman sesua rencana awal. Ya, tidak langsung serta merta langsung berangkat sih ya. Siap-siap dulu ini dan itu kan.
Oiyah, aku punya hobi baru sekarang, mengecek jumlah subscriber. Jelek banget kan hobi barunya? Ehehe. Pokoknya fokus bikin konten saja lah ya daripada setiap hari mengecek angka. Tulisan yang penuh hari tentang hal ini sudah aku unggah kemarin, jadi sudah tidak perlu lagi lah.
Intinya adalah, sebenarnya tidak ada intinya. Gotong royong dan kerja bakti adalah sesuatu yang sudah jarang ditemukan, dan akhirnya bisa melakukannya lagi membuat aku merasakan perasaan bahagia dan puas yang tidak bisa dijelaskan, atau setidaknya badan sedikit keringetan.

Comments

  1. Aku juga punya hobi baru. Main twitter. Wkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalo aku malah man twitter itu hobi lama huhu

      Delete
  2. Iya ada benernya paragraf terakhir. Tapi di daerahku alhamdulilah tiap minggu selalu adain kerja bakti

    ReplyDelete
  3. Aku sepaham ya, sama paham individualisme. Mending sibuk dengan dunia masing-masing daripada "sok" peduli tapi ujung-ujungnya ghibah, kles, dan malah bikin hidup bertetangga ga bikin nyaman.

    Mungkin karena aku introvert sih,yah. Tapi aku ga pernah menutup diri untuk "dunia luar" sih, kalau itu ada nilai positifnya.

    ReplyDelete
  4. Intinya adalah, sebenarnya tidak ada initinya๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚

    ReplyDelete
  5. Intinya ada pada ketiadaan inti... auto senyum hehe

    ReplyDelete
  6. Intinya adalah curhatan diri ๐Ÿ˜…

    ReplyDelete

Post a Comment